TEMPO Interaktif,
: Noor Bersaudara, kelompok musik bersaudara yang pernah mendulang sukses di era 1970-an, muncul lagi. Mereka tampil di pentas Jakarta Rock Parade di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, hari ini. Parade rock itu sendiri berlangsung pada 11-13 Juli. Bahkan mereka merilis album baru setelah album
Noor Bersaudara (Hidayat Audio, 1977). Mereka kembali, menurut anggota tertua dari kelompok itu, Firzy Noor, karena memang ingin kembali dan masih ada yang menyambut mereka. "Bahkan (ada yang) menganjurkan agar Noor Bersaudara bikin album lagi," ujar Firzy.Jika menyebut Noor Bersaudara, yang tebersit dalam benak kita adalah kelompok musik yang menjejalkan harmoni vokal dan rajutan musik yang
classy dan progresif.Noor Bersaudara mengawali perjalanan musikalnya pada awal 1960-an, saat merebaknya tren band bocah. Untuk menguji musikalitas, kelompok yang terdiri atas Firzy (gitar), Harry (bas), Iwan (drum), serta Ida, Nana, dan Yanti (vokal dan vibrafon) memberanikan diri ikut festival band dan meraih juara III.Derap awal itu kian memberanikan mereka menapakkan kaki di ranah musik. Band bocah itu mulai tampil di kanal
TVRI secara berkala membawa lagu anak-anak. Mereka juga melakukan berbagai pertunjukan di Jakarta, Bogor, dan Bandung. Musik Noor Bersaudara saat itu dipengaruhi band instrumental seperti The Shadows ataupun The Ventures.Pada akhir 1960-an, formasi Noor Bersaudara didukung teman-teman mereka semasa SMA, seperti Andy Rustam (
keyboard), Hendra Priadi (gitar ritmik, vokal), dan Didi Ahmadi (drum). Mereka lalu menggunakan nama baru, The Top's, yang sempat pula tampil di
TVRI. Musiknya pun mulai dipengaruhi The Beatles.Menguak era 1970-an, nama Noor Bersaudara kembali dikibarkan dengan konsep musik yang cenderung ke arah
folk atau vokal group. Di era ini Noor Bersaudara mulai terlihat menyerap anasir jazz. Pengaruh Sergio Mendes & Brasil '66, Chicago, ataupun Deodato mulai menyelusup, termasuk harmoni vokal ala grup R&B Pointer Sisters. "Pengaruh musik itulah yang kemudian menjadi ciri khas Noor Bersaudara," tutur Nana Noor, yang terampil meracik harmoni vokal.Jack Lesmana, dedengkot jazz negeri ini, pun tertarik menyimak kemampuan musik mereka. Mulailah Noor Bersaudara tampil dalam acara jazz yang dikelola Jack di
TVRI:
Nada & Improvisasi.Pada 1975, album perdana Noor Bersaudara dirilis oleh Pramaqua. Mereka didukung sederet pemusik mumpuni, seperti Keenan Nasution (drum,
flute), Oding Nasution (gitar), dan Rully Djohan (
keyboard). Album yang menampilkan karya Nana dan Firzy bertajuk
Cinta yang Hilang (sebelumnya dibawakan The Rollies pada 1972) serta interpretasi cerdas atas karya Lennon McCartney
I've Got A Feeling (The Beatles) itu kian mengukuhkan Noor Bersaudara sebagai kelompok musik yang diperhitungkan.Pada paruh kedua dasawarsa 1970-an, Noor Bersaudara berlanjut dengan formasi trio: Nana, Ida, dan Yanti. Adapun Firzy dan Harry melanjutkan pendidikan ke Belanda.Pada 1977, lewat Hidayat Records, mereka meluncurkan album kedua yang digarap Jack Lesmana. Atmosfer jazz kian tajam dalam album ini. Musisi pendukungnya adalah Jack Lesmana (gitar, bas), Abadi Soesman (
keyboard), Alex Faraknimela (
keyboard), Perry Pattiselanno (bas), Wiharto (
flute, saksofon tenor), Benny Likumahuwa (saksofon alto), Karim Suweileh (drum), dan Indra Lesmana (piano), yang saat itu baru berusia 11 tahun. Pada 2007, album ini termasuk 150 Album Indonesia Sepanjang Masa versi majalah
Rolling Stone Indonesia.Pada 1978, bersama dukungan Benz Group, yang dimotori drummer jazz Benny Mustafa van Diest, trio Noor Bersaudara merilis album
Jantan pada label Yukawi Records. Mereka membawakan karya Titiek Puspa, Molly Gagola, Susilo Ch., Yasir Syam, Rudi Gagola, dan Yessy Wenas.Noor Bersaudara melakukan reuni pada 1982 lewat album solo adik kandung mereka, Raidy Noor, bertajuk
Sapa Semesta. Dalam album yang dirilis Aquarius ini, Yanti, Nana, dan Ida menyumbangkan suara khas mereka. Harry dan Firzy ikut terlibat sebagai penulis lagu.Setelah menikah dengan Chrisye, Yanti Noor mundur dari kelompok ini. Formasinya tinggal berdua: Nana dan Ida.Pada 1989, mereka menetaskan lagu
Bis Sekolah karya Tonny Koeswoyo yang dipopulerkan Kus Bersaudara pada 1964. Raidy Noor berperan sebagai penata musik.Pada 2006, Noor Bersaudara tampil lagi dalam beberapa ajang beraroma nostalgia. Formasinya Firzy, Harry, Nana, serta Raidy Noor dan Rani Trisutji yang turut bergabung. Penampilan mereka juga didukung dua personel Chaseiro, yakni Edwin Hudioro (
flute) dan Uce Haryono Hudioro (drum), serta Riza Arshad (
keyboard) dan Rayendra Sunito (drum).Bukan sekadar nostalgia, Noor Bersaudara menandai reuninya itu dengan merilis album baru dengan 10 lagu. Firzy Noor menulis sebuah lagu baru bertajuk
Bye Bye, yang dikemas dalam gaya
power pop. Jika menyimak lagu ini, terasa betul pengaruh The Beatles yang menyilang ke harmoni ala Steely Dan. Mereka juga hirau pada detail bunyi, baik instrumen maupun harmoni vokal. Sentuhan orkestra pun terdengar pada lagu
Kiasan Kata atau
Alam dan Pujangga, dua lagu yang pernah dibawakan Raidy Noor pada album solonya,
Sapa Semesta.Kembalinya Noor Bersaudara kini pada akhirnya bukan lagi sekadar reuni, tapi justru menambah pilihan dalam musik Indonesia yang akhir-akhir ini terdengar seragam. DENNY SAKRIE, PENGAMAT MUSIK