Terracotta Biennale 2015, Kasongan, dan Peradaban Sungai

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Sabtu, 16 Mei 2015 21:54 WIB

Perajin Maryono (36) saat melakukan finishing pada kerajinan patung dari tanah liat di Putri Duyung Showroom, Kasongan, Bantul, Yogyakarta, Selasa (29/5). ANTARA/Regina Safri

TEMPO.CO, Yogyakarta - Yogykarta menjadi tempat Terracotta Biennale 2015
bertajuk Art On The River, perhelatan seni rupa terakota pertama di kota ini pada Mei-Juli 2015. Karya seniman dipajang sejauh satu kilometer di tepian Sungai Bedog, Kasongan, Kabupaten Bantul.

Setidaknya 55 seniman Indonesia dan 15 seniman dari luar negeri memajang karya seni rupa berbahan tanah liat. “Ada instalasi karya yang dipajang di tepian Kali Bedog,” kata penggagas Biennale Terracotta 2015, Noor Ibrahim.

Karya seniman Indonesia yang dipamerkan di antaranya ciptaan Djoko Pekik, pematung Edhi Sunarso, Dicky Chandra, Hari Budiono, Teguh Ostenrik, dan Kondang Sugito. Sedangkan, seniman luar negeri yang terlibat di antaranya dari Swedia, Jepang, Italia, Jerman, Inggris, Serbia, Slovakia, dan Hongaria.

Menurut Noor Ibrahim, Biennale Terracotta mengangkat media terracotta sebagai media utama karya seni. Sejarah Indonesia yang kaya akan budaya dan seni terracotta menginspirasinya untuk mendirikan Terracotta Biennale Foundation. Pengunjung bisa menikmati karya seni yang dipajang di pinggir sungai sembari menyusurinya menggunakan perahu yang didesain khusus.

Sungai dipilih sebagai ruang pameran karya seni terakota karena sejarah dan budaya Indonesia tumbuh dari situ. Sungai menjadi sumber kehidupan manusia.
Tapi, di zaman modern, banyak sungai di Indonesia yang mulai ditinggalkan dan dipenuhi sampah. Biennale Terracotta 2015 diharapkan mampu mengembalikan kejayaan sungai sebagai fungsi penyeimbang dan harmonisasi dengan alam. Sungai menjadi urat nadi bumi, sumber ekonomi, dan transportasi.

Kasongan sebagai sentra gerabah, kata Noor Ibrahim memiliki sejarah panjang. Di tempat ini dahulu terdapat tokoh yang melawan kolonialisme Belanda bernama Kiai Song. Perlawanan itu muncul ketika ia menyaksikan lingkungan kampung halamannya yang dipenuhi tanah liat. Ia menggerakkan masyarakat desa dengan taktit bawah tanah agar tidak memilih jalan hidup sebagai petani. Sebab, hasil panenan sebagai petani cenderung diserahkan kepada Belanda.

Dalam situasi itu, Kiai Song mencari jalan lain, meyakinkan masyarakat
bahwa ada cara hidup yang lebih bermartabat dan tidak terjajah. Caranya adalah dengan jalan menjadi seorang pekundhi, yakni bekerja dengan membuat peralatan dapur yang menggunakan bahan baku tanah liat. Siasat Kiai Song menjadi profesi alternatif yang berakar dari kultur agraris-tradisional yang hingga kini berkembang pesat menjadi industrial-modern.

Lewat kegiatan itu, Noor Ibrahim ingin mengajak seniman menengok akar budaya nusantara. Pembukaan perdana pameran ini digelar pada 15 Mei 2015 di Kalipucang. Sedangkan, pembukaan akbarnya tanggal 7 Juni 2015. Acara itu juga menghadirkan arkeolog dari Universitas Indonesia, Mitu M Prie.

Karya seniman dibuat di pendopo tak jauh dari rumah Noor Ibrahim di kawasan desa budaya Gesik, Kalipucang, Kasongan, Bantul. Semua karya melewati proses restorasi karya terakota oleh seniman sebelum dipamerkan. Satu di antaranya karya yang ada di pendopo itu adalah karya seniman Kondang Sugito berbentuk kura-kura raksasa. Ia memberi judul karya itu Apa Kabar. Ia membubuhkan tulisan aksara Cina yang punya arti Ni Hau Ma atau apa kabar dalam Bahasa Indonesia di tubuh kura-kura itu. Noor ingin menggambarkan adanya akulturasi budaya lewat tulisan itu.

Kura-kura ia pilih karena menyimbolkan binatang yang punya umur panjang dan lamban. Selain satu kura-kura raksasa, ia juga menciptakan 100 kura-kura mini. “Saya membuatnya setidaknya selama dua minggu,” kata dia. Semua bahan yang ia gunakan adalah tanah liat dari Kasongan. Kura-kura raksasa miliknya kini tinggal melalui proses pembakaran.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

13 jam lalu

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

Pelaksanaan upacara adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman hanya dilangsungkan satu tahun sekali, tepatnya Jumat kliwon pada Mei.

Baca Selengkapnya

Viral Benda Bercahaya Hijau Melintasi Langit Yogyakarta, Meteor?

15 jam lalu

Viral Benda Bercahaya Hijau Melintasi Langit Yogyakarta, Meteor?

Meteor terang atau fireball itu bergerak dari selatan ke utara, tak hanya terpantau di langit Yogyakarta tapi juga Solo, Magelang, dan Semarang

Baca Selengkapnya

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

1 hari lalu

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek menggelar syawalan, hadirkan Budaya Yogyakarta antara lain sendratari dan prajurit keraton Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

TPA Piyungan Yogya Ditutup Permanen, Ini Jurus Bantul Cegah Aksi Buang Sampah Sembarangan

1 hari lalu

TPA Piyungan Yogya Ditutup Permanen, Ini Jurus Bantul Cegah Aksi Buang Sampah Sembarangan

Penutupan TPA Piyungan di Bantul ternyata membuka masalah baru, banyak warga membuang sampah sembarangan.

Baca Selengkapnya

Halal Fair Digelar Akhir Pekan Ini di Yogyakarta, Pengunjung Langsung Membeludak

2 hari lalu

Halal Fair Digelar Akhir Pekan Ini di Yogyakarta, Pengunjung Langsung Membeludak

Halal Fair 2024 menyajikan nuansa berwisata syariah bersama keluarga, digelar tiga hari di Jogja Expo Center Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta International Airport Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Ini Kata Sultan HB X

3 hari lalu

Yogyakarta International Airport Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Ini Kata Sultan HB X

Yogyakarta International Airport sebagai satu-satunya bandara internasional di wilayah ini menjadi peluang besar bagi Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

3 hari lalu

Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

Sejumlah partai telah merampungkan penjaringan kandidat untuk Pilkada 2024 di kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Baca Selengkapnya

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

3 hari lalu

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

Puncak acara Jogja Fashion Week akan diadakan di Jogja Expo Center Yogyakarta pada 22 - 25 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

4 hari lalu

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

Partai Golkar DIY telah merampungkan penjaringan bakal calon kepala daerah untuk Pilkada 2024 di lima kabupaten/kota

Baca Selengkapnya

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

6 hari lalu

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

Wisatawan diajak menjelajahi ekosistem sepanjang Sungai Winongo hingga muara Pantai Baros Samas Bantul yang kaya keanekaragaman hayati.

Baca Selengkapnya