Reza Rahadian saat memerankan HOS Tjokroaminoto dalam syuting film Bapak Bangsa Tjokroaminoto, di Sleman, Yogyakarta, 8 Oktober 2014. Film tersebut menceritakan kisah Tjokroaminoto dalam membawa pesan tentang pendidikan politik untuk melawan penjajahan Belanda. TEMPO/Suryo Wibowo
Tempo.co, Jakarta - Sutradara Garin Nugroho baru saja rampung menyutradarai film bertajuk Guru Bangsa: HOS Tjokroaminoto pada September 2014 lalu. Film ini mengambil lokasi pengambilan gambar di beberapa kota di Jawa, mulai dari Ambarawa, Semarang, dan Yogyakarta. Kota-kota itu dipilih untuk menghidupkan kembali suasana Kota Surabaya.
Film beraliran sejarah ini, rencananya bakal dirilis pada awal tahun depan. Sejumlah nama berpengalaman dalam dunia film Indonesia mengisi deretan tim produksi film. Mulai dari aktor senior Didi Petet, Ipung Rahmat Syaiful, penata kostum Retno Ratih Damayanti, hingga musikus Andi Rianto. Sedangkan, aktor berbakat Reza Rahadian berperan sebagai Tjokroaminoto. “Untuk memperkenalkan sosok H.O.S. Tjokroaminoto yang begitu berat dan besar dengan karakter, jasa, serta intelektualitasnya, pemilihan para kru ini dipilih orang-orang terbaik mulai dari jajaran produksi sampai talentanya,” ujar Wakil Ketua Yayasan HOS Tjokroaminoto Erik Hidayat dalam keterangan persnya yang diterima oleh Tempo, Senin, 1 Desember 2014. (Baca: Main Film, Berat Badan Maria Selena Naik)
Peranan insan perfilman yang berpengalaman dianggap bisa turut berkontribusi untuk membangun suasana pada era itu. Retno Ratih Damayanti yang dipilih sebagai penata kostum, misalkan, sebelumnya merupakan penata busana untuk film Soekarno serta film biopik Habibie dan Ainun.
Didin Syamsudin yang ditunjuk sebagai penata rias, juga disebut sebagai salah satu nama paling berpengalaman dalam industri film. Didin dikenal sebagai penata rias film horor pada era 1980-an, termasuk deretan film horor yang diperankan oleh almarhumah Suzanna.
Untuk membangun sosok H.O.S. Tjokroaminoto pun tidak bakal mudah. Sebab, Tjokroaminoto dikenal menggabungkan berbagai identitas pakaian dalam kesehariannya untuk menandakan kemerdekaan berpikir pada masa itu.
