Lukisan Buaya Djoko Pekik Dibanderol Rp 6 Miliar

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Minggu, 8 Juni 2014 18:05 WIB

Pelukis Djoko Pekik (kiri) bersama lukisannya berjudul "Go To Hell Crocodile" di Taman Budaya Yogyakarta, 7 Juni 2014. ANTARA/Regina Safri

TEMPO.CO, Yogyakarta - Arena pasar seni rupa Art Jog 2014 di Taman Budaya Yogyakarta yang diadakan pada 7-22 Juni, selain memamerkan ratusan karya perupa muda, juga memamerkan karya tiga seniman senior, yakni Djoko Pekik, Amrus Natalsya, dan Edhi Sunarso. Art Jog kali ini bertema Legacy of Power yang sangat berbau politik. “Mereka mewakili seniman yang mengalami perubahan politik pada masa lalu,” ujar kurator Art Jog 2014, Bambang Toko Witjaksono.

Djoko Pekik menjadi tahanan politik akibat geger politik pada 1965. Pada pameran ini, dia menyetor lukisan berjudul Go to Hell Crocodile, berupa citraan seekor buaya dengan panjang sejauh mata memandang melingkari ceruk galian tambang. Di sekelilingnya, kerumunan figur bersenjatakan bambu runcing siap dihujamkan ke tubuh buaya itu.

Karya ini mengingatkan pada kelakuan perusahaan tambang asing yang menguras perut bumi Indonesia di Papua dan Nusa Tenggara. Djoko tak biasa memakai bahasa Inggris untuk judul karyanya. Namun, untuk karya ini, dia teringat ucapan yang sangat nasionalis dari Presiden Sukarno, “Go to hell with your aid.” Karya lukis ini bakal menguras kocek kolektor karena dibanderol dengan harga Rp 6 miliar.

Amrus Natalsya adalah pendiri Sanggar Bumi Tarung pada 1960-an bersama sejumlah seniman, di antaranya Djoko Pekik. Sanggar itu berada di bawah naungan Lembaga Kebudayaan Rakyat. Dia juga senasib dengan Djoko Pekik--menjadi tahanan politik. Pada Art Jog tahun ini, Amrus memajang lukisan bercorak realisme sosialis berjudul Tanah Airku, berupa barisan massa yang berjalan dengan latar belakang bangunan dengan cerobong asap menyerupai pabrik.

Adapun seniman senior Edhi Sunarso dikenal dengan karya patung monumen, antara lain patung Selamat Datang di bundaran Hotel Indonesia. Kali ini, Edhi Sunarso, lahir di Salatiga pada 1932, memboyong patung Sukarno yang berdiri tegap dengan kemeja berkantong banyak, peci menghiasi kepala, dan jubah tersampir di lengan kiri. Menurut Bambang, patung itu menggambarkan peristiwa penangkapan Presiden Sukarno oleh Belanda pada 1949. “Saat di Maguwo (Yogyakarta),” katanya.
ANANG ZAKARIA
Berita penting lain
TNI AD: Babinsa Partisan atas Inisiatif Pribadi
Jokowi-JK Pertahankan Anggota Tim Sukses Terlibat Korupsi
Ikuti Berita Piala Dunia di Sini

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

9 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

13 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

49 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

53 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

57 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

11 Desember 2023

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

Pada 11 Desember 2004, musisi Harry Roesli tutup usia. Ia merupakan seorang pemain musik yang dijuluki Si Bengal dan pencipta lagu yang produktif.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman

Baca Selengkapnya