TEMPO.CO, Bandung - Selebritas asal Bandung, Meyda Sefira, mengaku miris melihat kota kelahirannya kerap dilanda banjir jika musim hujan datang. Menurut mojang kelahiran 20 Mei 1988 itu, beberapa lahan di Kota Bandung yang dulunya didesain sebagai area persawahan kini sudah dipenuhi bangunan. Akibatnya, daerah resapan air hujan berkurang.
Karena itu, Meyda membuat lubang biopori di sekitar halaman rumahnya untuk meningkatkan daya resap tanah terhadap air. “Mumpung di musim hujan, sebaiknya kita buat lubang biopori. Ada banyak lubang biopori di rumah saya sehingga air hujan bisa masuk ke dalam tanah,” kata pemeran Husna di film Ketika Cinta Bertasbih itu kepada Tempo di Bandung, Rabu, 26 Maret 2014.
Menurut Meyda, selama ini air hujan tidak tertampung karena tanah di Bandung sudah banyak yang diperkeras dengan semen dan aspal. Kondisi drainase juga kurang baik. Karena itu, air yang turun langsung mengalir tanpa terserap tanah.
“Imbasnya kan banjir di daerah yang lebih rendah. Teman saya di Baleendah selalu kebanjiran. Kalau kerja dia harus nyebrang naik perahu dulu,” ujarnya.
Dengan adanya lubang biopori, tutur Meyda, setidaknya air hujan yang jatuh tidak mengalir sembarangan. Ia mengingatkan, yang terpenting saat ini adalah menyelamatkan titik-titik lahan yang tersisa untuk menyerap air hujan. “Lahan umum kan sudah sedikit yang bisa dijadikan daerah resapan, lebih baik mulai dari halaman rumah sendiri saja dulu,” ujar perempuan lulusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Nasional itu.
Duta Earth Hour Bandung ini juga mengajak masyarakat agar ramah terhadap lingkungan dengan menghemat pengunaan air dan energi listrik. Menurut dia, manusia harus seimbang dalam menggunakan sumber daya alam yang dikaruniakan Tuhan. “Jika menggunakan dan mengambil air dari alam, harus disertai dengan penyerapan air ke dalam tanah juga,” katanya.