TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki tahun Pemilu 2014, sejumlah partai berikut calon yang diusung bergerak mencari perhatian rakyat yang akan menjadi pemilih. Berbagai cara pun ditempuh. Tak jarang harus merogoh kantong cukup dalam. Legislator di DPRD Jakarta, Wanda Hamidah, berbagi pengalaman bagaimana dirinya dulu bisa kampanye dengan biaya cekak.
"Waktu itu saya enggak punya uang, hanya ada uang operasional. Modal saya door to door ke kampung-kampung," katanya saat ditemui dalam acara "Ngobrol Tempo" di kafe Eatology, Jakarta, Rabu, 26 Februari 2014.
Menurut Wanda, sebenarnya para calon legislator bisa memilih melakukan kampanye dengan konsep kampanye kreatif berbiaya sedikit, seperti yang dia lakukan. Politikus dari Partai Amanat Nasional ini menambahkan, dengan kondisi tak memiliki dana yang cukup, ia bersama timnya memutar otak mencari cara yang efektif agar tetap dapat kampanye dengan modal seadanya.
Maka dipilihlah model kampanye blusukan tersebut. Wanda juga menyatakan saat itu dirinya tidak mencetak banyak media publikasi. Bersama timnya, ia hanya mencetak sebanyak 10 ribu kalender yang dibagikan ke penduduk yang ia datangi saat kampanye.
Dalam sehari, kata Wanda, ia mengunjungi 3-4 titik daerah kampanye. Ia mengandalkan kampanye secara massal. Dan hal itu, menurut dia, dirasakan jauh lebih efektif. "Kampanye door to door ini lebih mengena di hati masyarakat. Pada setiap kunjungan, saya mengajak mereka ngobrol, diskusi mengenai politik dan permasalahan mereka," ujarnya.