TEMPO.CO, Bandung -Teater Sunda Kiwari (TSK) gelar Festival Drama Basa Sunda (FDBS) di Gedung Rumentang Siang, Jalan Baranang Siang, Bandung, mulai 1-20 Februari 2013. Pesertanya siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) se-Jawa Barat dan Banten. “Terdapat 55 sekolah yang tampil dalam festival ini,” kata Hadi Nurzaman, Ketua Pelaksana FDBS, di gedung Rumentang Siang, Jumat, 1 Februari 2013.
Menurut Ketua Teater Sunda Kiwari, R. Dadi Danusubrata, salah satu juri festival tersebut, para juri akan menilai teknik penyutradaraan, penata artistik, musik, serta permainan aktor dan aktrisnya. “Drama itu harus memiliki suatu perenungan, ada sesuatu yang bergetar di hati, jadi bukan masalah seru atau tidak seru lakon itu,” kata Dadi.
Dadi mengatakan, melihat jumlah peserta yang cukup banyak, hal itu membuktikan bahwa minat pelajar terhadap teater berbahasa Sunda masih sangat tinggi. Namun dia menyayangkan, sikap guru dan kepala sekolah yang belum begitu paham perlunya anak didik berteater. “Padahal melalui teater anak bisa tumbuh dengan percaya diri yang tinggi, kritis, dan sikap sosialnya sangat baik," ucap Dadi.
Karena itu, Teater Sunda Kiwari yang berdiri 16 Januari 1975, sangat konsern menggelar teater sekaligus melestarikan bahasa Sunda. "Melalui festival drama berbahasa Sunda ini kami berharap anak-anak muda Jawa Barat ini lebih mencintai bahasa Sunda sebagai bahasa Ibu mereka," katanya.
Festival ini digelar sejak 1988 dengan peserta dari kalangan umum. Melihat antusiasme peserta, sejak tahun lalu, festival drama ini dilaksanakan setahun sekali. Kategori pesertanya pun dibagi dua. Pada tahun ganjil pesertanya dari kalangan pelajar, sedangkan tahun genap dari kalangan umum.
Pada penutupan acara 20 Februari mendatang, Teater Sunda Kiwari akan menampilkan drama berjudul 'Punden-punden nu Rarempag'. “Drama ini mengisahkan tentang nilai-nilai kesucian atau etika yang sudah ditabrak,” kata Dadi.
SELLY ASTARI OCTAVIANI | ENI S