TEMPO.CO, Yogyakarta - Teknik grafis cukil kayu terancam punah. Setidaknya hal ini yang menghantui seniman grafis Sutrisno alias Su Ing Chai, yang saat ini sedang menggelar pameran bertajuk My Existence di Bentara Budaya Yogyakarta, 15-23 Desember 2012.
“Saya dan mungkin pegrafis lain sekarang sudah susah mendapatkan bahan hardboard. Baik di Yogya atau kota lain,” kata alumnus Desain Grafis Institut Seni Indonesia Yogyakarta 2010 itu.
Hardboard adalah lembaran dari serbuk kayu untuk membuat cetakan dengan teknik cukil kayu. “Bukan lantaran harga pembuat master itu mahal, tapi karena permintaan bahan yang sebenarnya dipakai untuk eternit atap rumah itu kini makin sedikit akibat tergantikan bahan tripleks,” katanya.
Menurut Sutrisno, 29 tahun, sejumlah toko bangunan di Yogyakarta saat ini sudah jarang sekali menyediakan bahan itu sehingga seniman grafis yang biasa menggunakan teknik cukil kayu pun kelimpungan, khususnya jika membuat karya berukuran besar. “Tidak mungkin toko mau rugi hanya untuk menyediakan bahan buat seniman cukil kayu. Tapi tidak mungkin juga kami mencukil dengan tripleks karena seratnya enggak memadai,” katanya.
Karena keterbatasan bahan itulah Sutrisno terpaksa memakai cetakan daur ulang dari karya yang pernah dia buat. “Malah ada master yang sudah terisi gambar saya, rekayasa lagi, untuk ditambahi cukilan lagi, biar jadi karya baru,” kata dia. Misalnya, pada karya Hokikoi berupa citraan seekor ikan koi. “Seharusnya, jika karya sudah terjual, master harus dihancurkan dan dibakar. Itu prinsip pegrafis agar tidak ada karya kembar jika dibeli orang.”
Pada karya lain, dia mencetak karya cukil kayunya berupa citraan becak yang sarat penumpang sedang melaju dalam satu warna. Sedangkan hasil cetakan lain dengan teknik hand colouring menampilkan citraan lebih lengkap, tapi dengan cetakan terbalik. Pada pameran ini, dia memamerkan 10 karya dengan tema kehidupan sehari-hari, keramaian Malioboro, toleransi etnis dan agama.
Tapi Sutrisno mengaku selektif memilih cetakan yang masih bisa didaur ulang. Sebab, katanya, cetakan hardboard mudah terserang jamur. Apalagi sering pindah pemondokan. “Saya harus cari kos yang tidak berdempet dengan rumah orang karena biasanya lembap,” kata pria yang sering menyambung hidup dengan cara melukis sepatu dan kaus itu. Dia juga menjaga cetakannya agar tetap aman dengan melapisinya dengan styrofoam.
PRIBADI WICAKSONO
Berita terkait
Cerita dari Kampung Arab Kini
14 hari lalu
Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaBegini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X
17 hari lalu
Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi
Baca SelengkapnyaMenengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta
54 hari lalu
Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755
Baca SelengkapnyaDI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah
58 hari lalu
Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram
Baca SelengkapnyaKetua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan
4 Maret 2024
Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.
Baca SelengkapnyaBadai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan
20 Januari 2024
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.
Baca SelengkapnyaYogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu
4 Januari 2024
BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.
Baca SelengkapnyaMengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer
11 Desember 2023
Pada 11 Desember 2004, musisi Harry Roesli tutup usia. Ia merupakan seorang pemain musik yang dijuluki Si Bengal dan pencipta lagu yang produktif.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak
8 Desember 2023
Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.
Baca SelengkapnyaKader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya
8 Desember 2023
Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman
Baca Selengkapnya