TEMPO.CO, Bogor - Maestro seni Sunda Hj. Tien Rostini Asikin alias Ma Ageung, meninggal dunia di usianya yang ke 70 tahun di RS Bina Waluya Jakarta, Selasa malam 13 November 2012.
Jenazah disemayamkan di rumah duka di Jalan Loader No 1, Baranangsiang Kota Bogor, Jawa Barat. Hingga saat ini ratusan orang masih melayat ke rumah duka. Pihak keluarga belum memberi keterangan apapun soal sakitnya tokoh seniman dan budayawan Sunda.
Pada zamannya Ma Ageung tercatat sebagai salah satu wanita yang berupaya mengembangkan seni Sunda dari mulai Kawih, Tari, hingga Pencak Silat. Oleh sesama seniman dan kerabatnya dia kerap kali di panggil Ema atau Ma (ibu), panggilan ini mengisyaratkan kaih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya. Karena tubuhnya agak sintal, beliau dipanggil Ma Ageung, panggilan ini melekat hingga akhir hayatnya. Teman seperjuangan Ma Ageung yakni Ebet Kadarusman.
Tien Rostini Asikin, lahir di Sukajadi Bandung, tanggal 31 Januari 1942, Darah seni yang dimiliki Tien Rostini mengalir dari kedua orang tuanya yang juga seorang seniman Sunda. Sang ayah, R.H. Inan Ratman, saat itu menjabat sebagai pangreh praja serta ahli di bidang tembang Cianjuran, kliningan, serta seni pencak silat. Ibunya juga seorang sastrawan, seniman karawitan, dan juga pencipta lagu Sunda.
Saat usia 10 tahun, Neng Tien belajar tari di Badan Kesenian Indonesia (BKI) yang sekarang menjadi Yayasan Pusat Kebudayaan di Jalan Naripan Bandung. Kemudian dia belajar Tari Sunda dari seniman Tari R. Tjetje Somantri dan R. Onih Kartadikusumah di Bandung. Seni tari yang dipelajari Tien Rostini lebih menekankan berbagai gerakan variatif yang bisa memadukan antara seni tari dengan pencak silat. Hasil belajarnya pada kedua seniman tari itu, tahun 1956 Tien muda berhasil menjadi juara pertama pada pasanggiri tari tingkat Jawa Barat.
Dalam dunia kawih atau nanyian tembang sunda, Tien Rostini mempunyai prestasi yang cukup membanggakan. Dia berhasil meraih juara pertama pasanggiri kawih di Bandung, serta juara pertama pada pasanggiri tembang/kawih di Sukabumi. Bukan tari atau tembang Sunda saja yang dikuasai Tien Rostini, seni pencak silat juga dikuasainya dengan baik. Dengan demikian, Tien Rostini juga mendapat julukan sebagai Jawara wanita.
Atas jasanya di dunia persilatan, ia pun dikukuhkan sebagai Sesepuh Jawara dan Ketua Pembina Pencak Silat Padjadjaran Nasional. Di dunia seni peran, Tien Rostini juga main film layar lebar berjudul Desa yang Dilupakan dan Jumpa di Perjalanan bersama Soekarno M. Noor, Fifi Young, Indriarti, Iskak, Eddy Sud, Ateng dan Bagio. Sedangkan album tembang Sunda yang direkam Gemini record tahun 1975 berjudul Deudeuh Asih. Dalam album ini paling dikenal lagu Jalir yang selalu mengudara di RRI pada tahun 60-an. Selain Tien Rostini, kakaknya Ika Rostika dan adiknya Ida Rosida, yang juga seniwati, mendirikan grup kesenianGanda Mekar.
Selama ini Ma Ageung dikenal sebagai orang yang sangat peduli menjaga perkembangan seni Sunda. Kepindahan dia ke Bogor pada 1970 justru membuat dirinya melestarikan seni Sunda yang saat itu hampir tenggelam menjadi satu kesenian yang global dan dikenal sampai luar negeri. Ma Ageung mendirikan rumah seni Yayasan Seni Palataran Pakujajar Sipatahunan.
Atas upaya mengembangkan Seni Sunda, Ma Ageung mendapat beberapa penghargaan, di antaranya dari USA Departement of State Certificate in Asia Pasific American Heritage Point at The Foreign Service Institute, Citra Karier Berprestasi 2000 Jimmy Enterprise, dan penghargaan dari Badan Musyawarah Kesenian Sunda.
DEFFAN PURNAMA
Berita teropuler lainnya:
Begini Cara Bos CIA Sembunyikan E-mail ke Pacarnya
Inul Daratista: Saya Bisa Jadi Cawapres Om Haji
Kata Ibas Soal DPR Pemeras BUMN
Rhoma Dinilai Tak Layak Jadi Presiden
Upeti BUMN ke DPR, KPK: Pembuktiannya Gampang
Dahlan Iskan Kaget BP Migas Dibubarkan
Berita terkait
Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga
59 hari lalu
Berikut keseruan Joyland Festival Bali 2024 yang insklusif dan ramah keluarga dengan menghadirkan stan White Peacock hingga pilihan panggung musik.
Baca SelengkapnyaButet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan
15 Januari 2024
Seniman Butet Kartaredjasa mempertanyakan alasan kenaikan harga gedung pertunjukan di DKI Jakarta
Baca SelengkapnyaTak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni
5 Desember 2023
Lima tema debat capres-cawapres telah disampaikan KPU, tak ada tema soal kesenian dan kebudayaan. Begini respons budayawan dan pekerja seni.
Baca SelengkapnyaDebat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini
5 Desember 2023
Sastrawan Akmal Naseri Basral memberikan catatan tak adanya tema kebudayaan dankesenian dalam debat capres-cawapres pada Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaPemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu
22 Agustus 2023
Panitia menyebut Gubernur Sulawesi menyekal bissu sehingga penampilan seni monolog "Rindu Bissu" pun dilarang.
Baca SelengkapnyaSejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat
4 Juli 2023
Domba Garut yang memiliki ciri khas pada fisiknya sering diikut sertakan dalam kontes atau diadu. Inilah asal usulnya.
Baca SelengkapnyaWM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia
24 Februari 2023
Royal Conservatoire of Scotland dan WM Mann Foundation menawarkan beasiswa pascasarjana khusus mahasiswa Indonesia di bidang seni pertunjukan.
Baca SelengkapnyaSeniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia
20 Januari 2023
Dede Wahyudin, memajang 67 gambar ukuran kecil dan empat berukuran besar yang dominan berwarna hitam putih dalam pameran tunggal itu.
Baca SelengkapnyaJadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami
17 November 2022
Kesenian Islam di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar
Baca SelengkapnyaMasyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan
27 Oktober 2022
Masyarakat Kesenian Jakarta (MKJ) menilai musyawarah yang akan dilakukan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tidak sesuai dengan Pergub DKI
Baca Selengkapnya