TEMPO.CO, Jakarta - Jay Subiyakto dikenal sebagai penata artistik, produser dan sutradara pertunjukan. Ketika ditantang membuat film dokumenter bertajuk Banda, The Dark Forgotten Trail, Jay ingin film dokumenter perdananya itu spesial.
Jay melakukannya dengan cara sendiri, bukan mengekor orang lain. Dia sama sekali tidak mau melihat film-film dokumenter lain sebagai referensi. Ia menggandeng beberapa kameramen untuk membuat film dokumenter mengenai jalur rempah Nusantara ini demi bisa menampilkan kecantikan Kepulauan Banda dari berbagai sudut pandang.
"Saya sampai pakai enam kameramen, termasuk Davy Linggar dan Oscar Motuloh. Ini konsep yang tidak pernah dilakukan orang lain. Ada enam kameramen yang saya lepas di sana untuk ambil (gambar) sesuai visi mereka," tutur Jay kepada ANTARA News di Rumah Indofood, Jakarta Fair Kemayoran, Kamis, 15 Juni 2017.
Cuplikan trailer film dokumenter terseyang ditayangkan Kamis memperlihatkan pemandangan indah Kepulauan Banda bak adegan artistik dalam video klip musik.
Jay juga menggandeng Barasuara dan Indra Perkasa untuk menambahkan musik modern yang sesuai dengan selera penonton generasi muda ke dalam dokumenternya. "Biar anak muda senang dan enggak ngantuk," katanya.
Jay berharap embel-embel dokumenter tidak membuat publik jadi antipati dan malas menonton karena menganggapnya membosankan. Aktor Reza Rahadian pun dipilih menjadi narator bahasa Indonesia untuk dokumenter itu, sementara Ario Bayu menarasikannya dalam bahasa Inggris.
Banda, The Dark Forgotten Trail garapan Jay Subiyakto akan tayang 31 Juli 2017, bertepatan dengan peringatan 350 tahun Perjanjian Breda yang meliputi penyerahan pulau Rhun di Banda dari Inggris ke Belanda sebagai penukar Manhattan dan New York. Film ini juga akan ditayangkan dalam acara nonton bareng di sekolah-sekolah.
ANTARA