TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi balada Leo Imam Soekarno alias Leo Kristi meninggal dunia Ahad dini hari, sekitar pukul 00.45 Waktu Indonesia Barat, di RS Emmanuel, Bandung. Leo Kristi meninggal dalam usia 67 tahun.
Baca: Musisi Leo Kristi Dirawat di Rumah Sakit
Sebelumnya, Leo Kristi dirawat di rumah sakit itu sejak akhir bulan April karena sakit. "Berawal dari diare yang telat penanganannya, dan disebabkan oleh amuba," kata sahabatnya, Djati Nurani, pada 4 Mei lalu, atau sepekan sesudah Leo mulai dirawat. Djati mengatakan, saat itu dokter juga mendiagnosa ginjal Leo bermasalah.Leo Kristi saat terbaring sakit di RS Emmnuel Bandung, 4 Mei (Tempo/Istimewa)
Leo Kristi lahir di Surabaya, Jawa Timur, 8 Agustus 1949 dan telah berkali-kali menggelar konser musik yang dinamainya Konser Rakyat Leo Kristi. Beberapa albumnya antara lain Nyanyian Fajar (1975), Nyanyian Malam (1976), Nyanyian Tanah Merdeka (1977), Nyanyian Cinta (1978), Nyanyian Tambur Jalan (1980), Lintasan Hijau Hitam (1984), Biru Emas Bintang Tani (1985) yang gagal beredar, Deretan Rel Rel Salam Dari Desa (1985, aransemen baru), (Diapenta) Anak Merdeka (1991), Catur Paramita (1993) dan Tembang Lestari (1995, direkam pada CD terbatas), Warm, Fresh and Healthy (17 Desember 2010), dan album Hitam Putih Orche (2015).
Karena kegemarannya berkelana, Leo dikenal juga sebagai troubadour Indonesia. Selain bermusik, Leo Kristi menumpahkan energi kreatifnya dengan melukis. Beberapa kali karya lukisnya ia angkut ke panggung saat berkonser, seperti di Bentara Budaya, Jakarta, Desember 2016 silam. Gaya lukisan yang ia tunjukan saat itu mendekati abstrak.
Menurut Bonny Imam Hidayat, kakak Leo Kristi, jenasah akan disemayamkan di Perumahan Jatiwaringin Asri, Jalan Bongas 2, Pondok Gede. Ini adalah kediaman Bonny. “Rencananya akan dimakamkan siang ini,” kata dia lewat sambungan telepon.
TW | VINDRY FLORENTIN I S. DIAN ANDRYANTO