TEMPO.CO, Jakarta - Rencana Institut Kesenian Jakarta menggelar Festival Teater Wahyu Sihombing seperti membangkitkan kenangan aktor senior Mathias Muchus terhadap sosok sutradara legendaris Indonesia Wahyu Sihombing. Selama kuliah di Institut Kesenian Jakarta, Mathias, 60 tahun, banyak mempelajari seni peran dari Wahyu Sihombing.
Baca: Adik Ayu Ting Ting akan Jumpa Fans, Ini Sindiran Marissa Nasution
“Dia sudah mengubah saya. Dulu saya enggak mengerti apa-apa tentang seni teater,” kata Mathias, di Gedung Teater Luwes IKJ, Jakarta, Kamis, 18 Mei 2017. “Dia membuka pintu hidup saya.”
Menurut Mathias, Wahyu Sihombing adalah simbol semangat, daya juang, dan totalitas dalam dunia teater. Dia membuat anak-anak didiknya terus mengeksplorasi kemampuan seni peran, “Dia adalah salah seorang tokoh teater yang tak tergantikan,” ucapnya.
Wahyu Sihombing hidup pada 1933-1989. Pria kelahiran Tapanuli Utara, Sumatera Utara, itu merupakan salah seorang pendiri sekaligus pengajar IKJ. Dia juga dikenal sebagai penggagas Festival Teater Remaja--kini Festival Teater Jakarta-- yang pertama kali digelar pada 1973. Wahyu Sihombing adalah penganut setia mazhab realisme dalam teater. Pendekatannya itu selalu dipakai dalam pementasan dan pendidikan teater.
Pada 24-29 Juli 2017 mendatang, IKJ bakal menggelar Festival Teater Wahyu Sihombing. Festival itu digelar sebagai wujud penghargaan atas jasa Wahyu Sihombing terhadap perkembangan teater di Indonesia.
Bagi Mathias, festival itu tak hanya mengingatkannya kepada Wahyu Sihombing, tetapi juga membangkitkan keinginan untuk kembali bermain teater. Dia dan beberapa rekannya angkatan 1979 IKJ bersepakat untuk manggung lagi.
Sudah hampir dua bulan mereka membahas rencana itu. "Sekarang kami dalam tahap seleksi naskah. Masih kami diskusikan,” ucap Mathias.
Baca: Maudy Koesnaedi Lebih Suka Perhiasan Emas, Ini Alasannya
Rencananya, pertunjukan teater Mathias cs akan digelar pada akhir tahun ini atau paling lambat pertengahan tahun depan. “Semoga munculnya kami nanti bisa memberikan penyegaran kembali bagi dunia teater.”
PRIHANDOKO