TEMPO.CO, Jakarta -Galeri Sullivan+Strumpf Singapura kembali menggelar karya dengan ide abstrak dari beberapa seniman dari berbagai negara. Kali ini giliran lima seniman, dua di antaranya seniman Indonesia unjuk karya di galeri tersebut.
Pameran bertajuk That Was Then, This Is Now ini digelar sejak 13 Mei-25 Juni 2017 mendatang. Sedangkan kelima seniman yang akan memamerkan karyanya antara lain Jeremy Sharma (Singapura), Irfan Hendrian, Faisal Habibi (Indonesia), Young Rim Lee (Korea Selatan), Mathew Allen (Selandia Baru, tinggal di Belanda).
Mereka dipilih karena karya mereka menantang batas fundamental dan aksesibilitas melalui praktek material non konvensional. “Tema ini mendukung perkembangan abstraksi dalam konteks modern yang mendasar dari bentuk, warna, dan kesadaran ruang,” ujar Rebekah Theo dari Galeri Sullivan +Strumpf dalam siaran persnya.
Mengusung tema abstrak, Irfan , seniman desain grafis menampilkan karya abstak dengan material kertas dengan teknik kolase. Karyanya memperlihatkan metode berpikir yang efisien, mendekat karya tiga dimensi. Kumpulan titik-titik dalam kerapatan tertentu menjadi karya yang artistic.
Sementara Faisal habibi hadirkan karya trimatranya yang mengeksplorasi material kayu dan besi. Menggelitik orang untuk membicarakan bentuk karya seniman asal Bandung ini. Ia menciptakan bentuk, mengubah satu objek menjadi karya yang unik, jenaka.
Sharma, seniman multidisiplin menampilkan karya yang mempertanyakan banyak dan metode, hal hubungan, realitas, modernitas dan interkonektivitas dalam kehidupan. Karyanya mengeksplorasi produksi waktu, ruang dan kondisinya. Demikian pula dengan Allen dan Young Rim Lee dalam karya mereka yang mengolah material mix media dan lukisan. DIAN YULIASTUTI