TEMPO.CO, Jakarta - Penyair Sapardi Djoko Damono menunjukkan sisi humorisnya dalam perbincangan yang mengundang gelak tawa pada perayaan ulang tahun ke-77 untuk dia di Bentara Budaya Jakarta, Rabu, 22 Maret 2017 malam.
Ketika sastrawan yang sejak lima dekade silam telah menerbitkan sederetan karya puisi, esai, dan fiksi itu ditanya tentang karya yang paling ia sukai, Sapardi Djoko Damono berseloroh, "Yang belum saya tulis."
Baca juga: Begini Harapan Sapardi Djoko Damono dalam Perayaan Hari Lahirnya ke-77
Jawaban itu membuat para penggemar serta sahabat-sahabat Sapardi Djoko Damono yang mengisi ruangan sontak tertawa.
Pria kelahiran 20 Maret 1940 itu juga membaca pesan-pesan mengenai ulang tahunnya di akun media sosial miliknya, Twitter @SapardiDD.
"Ada yang bilang moga-moga sampai lagi ke angka rangkap dua, berarti 88 tahun. Saya deg-degan, gimana nanti? Sekarang saja susah," kata Sapardi Djoko Damono, kembali disambut riuh tawa penonton.
Sapardi Djoko Damono yang mengaku tidak pernah mengalami kebuntuan menulis itu kembali menunjukkan sisi humoris saat menyampaikan kiat menulis. Menurut Sapardi Djoko Damono, seseorang harus mengosongkan pikiran dari emosi-emosi sebelum menulis puisi. Baik itu perasaan jatuh cinta atau kemarahan. "Kalau sedang kelepek-kelepek jatuh cinta, kita nulis, yang keluar kata-kata cengeng dan jijikin," kata peraih SEA-WRITE AWARD dari Thailand pada 1986 itu.
Sapardi Djoko Damono kembali bergurau, "Kalau marah nulis sajak, isi setiap kalimat ada tanda seru. Yang baca kan susah kalau semua tanda seru. Kalau marah demo saja, enggak usah berpuisi."
Perayaan 77 tahun Sapardi Djoko Damono menjadi acara peluncuran tujuh buku yang terdiri atas enam buku puisi dan satu novel. Buku puisinya meliputi "Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro?", "Ayat-ayat Api", "Duka-Mu Abadi", "Kolam", "Namaku Sita", "Sutradara itu Menghapus Dialog Kita", sementara novelnya antara lain berjudul "Pingkan Melipat Jarak". *