TEMPO.CO, Jakarta - Dalam usia menjelang 72 tahun, Cak Kartolo masih mampu menunjukkan kepiawaian bermain ludruk. Hal itu terlihat saat ia bermain dalam lakon Dalang Gersang bersama Paguyuban Konco Dhewe di Auditorium Pendopo, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Jakarta, Ahad, 12 Maret 2017.
Baca: Cak Kartolo Manggung di Jakarta Besok
Paguyuban Konco Dhewe merupakan sebuah perkumpulan yang diinisiasi sekelompok ibu asal Surabaya, Jawa Timur. Selain Cak Kartolo, paguyuban ini juga menggandeng dua pemain ludruk senior lain, yakni Cak Sapari dan Ning Tini. Dalam pentas ini Cak Kartolo berperan sebagai Dalang Gersang.
Gelak tawa sudah bermunculan saat Cak Kartolo ngremo. Meski telah "pensiun" sejak 80-an, maestro ludruk ini ternyata lihai mengundang tawa penonton.
Kolaborasi kelompok Cak Kartolo dan pemain Paguyuban Konco Dhewe berlangsung seimbang. "Keistimewaan Cak Kartolo itu beliau bisa mengimbangi pemain Konco Dhewe. Dia tidak berusaha tampil mematikan dan menonjol daripada yang lain. Dia justru memberikan ruang pada pemain lain," ujar Bram Kurhardjanto di Auditorium Pendopo Kementerian PUPR, Jakarta Selatan, Minggu, 12 Maret 2017.
Cak Kartolo mengemukakan dia memang harus menyesuaikan dengan kemampuan pemain lain. "Kalau mereka ada kesalahan, ya, kami maklum. Yang penting kita menjalankan tugas dengan sebaiknya," kata dia.
Ludruk merupakan salah satu pentas seni yang komunal. Artinya, tidak memiliki batas antara penonton dan pemain. "Istilahnya, penonton bisa ikut berinteraksi dengan pemain. Bisa juga menyoraki," kata Bram.
Bram memperlakukan penonton sebagai bagian dari pentas. “(Ibaratnya) penonton menjadi tamu resepsi pernikahan di sini. Jadi Bapak dan Ibu bisa nonton sambil pegang hp (handphone), mengobrol, atau sambil makan," kata dia sebelum pentas.
Dalang Gersang bercerita tentang seorang dalang wayang kulit yang menghibur dalam acara pernikahan. Satu ketika, tak sengaja kotak wayangnya tertukar dengan kotak perkakas. Alih-alih menyajikan wayang kulit, ia malah membuat kekacauan dalam acara pernikahan itu.
Konsep garapan lakon Dalang Gersang diadaptasi dari lakon lawak Cak Kartolo dengan judul sama. Pentas ini sengaja mendekatkan penontonnya dengan realitas hajatan sesungguhnya. Dipentaskan di auditorium pernikahan, penonton bisa merasakan sebagai tamu hajatan dan menjadi bagian dari wayang orang arahan Cak Kartolo secara spontan.
DINI TEJA