TEMPO.CO, Jakarta - Sastrawan Gerson Poyk tutup usia. Gerson meninggal di usia 85 tahun, Jumat 24 Februari 2017. Fany Poyk, putri Gerson, mengatakan ayahnya meninggal pukul 11.00 di Rumah Sakit Hermina, Depok, Jawa Barat.
Menurut dia, Gerson menderita sejumlah penyakit. "Bapak diopname selama dua minggu, ke IGD sampai tiga kali," kata Fany saat dihubungi Tempo, Jumat, 24 Februari 2017.
Sebelumnya, Gerson dirawat karena jatuh di kediamannya akibat serangan stroke. Hasil observasi dokter menyatakan Gerson juga mengalami pembengkakan jantung dan pneumonia.
Fany mengatakan kondisi ayahnya menurun hari ini setelah menjalani penguapan. Menurut dia, Gerson saat itu sudah tidak mampu mengeluarkan lendir. "Kami enggak tahu juga, mungkin karena usia, tapi kondisinya terus menurun setelah diuap dan jam 11 tadi bapak sudah tidak ada," katanya.
Jenazah Gerson saat ini berada di rumah duka di Jalan Pemuda Nomor 1 RT 01 RW 08, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat. Gerson akan dibawa ke Kupang, NTT esok malam untuk dimakamkan.
Gerson Poyk lahir di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, 16 Juni 1931. Namanya dikenal secara luas melalui karya-karyanya yang dimuat di media massa dan dijadikan rujukan dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Gerson mengawali debutnya sebagai penulis sejak tahun 1950. Atas prestasinya, dia menerima banyak penghargaan, baik sebagai sastrawan maupun sebagai wartawan.
Gerson pernah menjadi guru SMP dan SGA di Ternate (1956-1958) dan Bima, Sumbawa (1958). Dia juga pernah menjadi wartawan Sinar Harapan (1962-1970) dan Kantor Berita Antara tahun 1970-1971. Ia tercatat empat kali meraih penghargaan jurnalistik Adinegoro.
Gerson menerima beasiswa untuk mengikuti International Writing Program di University of Iowa, Amerika Serikat dan pernah mengikuti seminar sastra di India pada tahun 1982. Gerson menikah dengan Atoneta Saba, dan dikaruniai lima orang anak.
Karya sastra Gerson Poyk di antaranya: Hari-Hari Pertama (1968), Sang Guru (1971), Cumbuan Sabana (1979), Giring-Giring (1982), Matias Akankari (1975), Oleng-Kemoleng & Surat-Surat Cinta Rajagukguk (1975), Nostalgia Nusa Tenggara (1976), Jerat (1978), Di bawah Matahari Bali (1982), Requim untuk Seorang Perempuan (1981), Mutiara di Tengah Sawah (1984), Impian Nyoman Sulastri (1988) Hanibal (1988), dan Poli Woli (1988).
Kemunculan terakhir Gerson Poyk terakhir di depan publik adalah ketika peluncuran buku kumpulan puisinya yang berjudul Dari Rote ke Iowa di Galeri Cipta 2, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 25 Juni 2016. Acara peluncuran buku ini digelar sekaligus untuk merayakan Ulang Tahun Gerson Poyk ke-85. *
VINDRY FLORENTIN