TEMPO.CO, Jakarta - Dalam kunjungannya ke Indonesia sebagai bagian dari kegiatan yang diinisiasi oleh Kedutaan Australia, perancang kostum Liz Keogh Palmer mengungkap proses produksi kostum dalam film Gods of Egypt yang diluncurkan pada Februari 2016.
"Tantangan terbesar yang kami hadapi adalah keterbatasan waktu yang dimiliki, seperti terlihat di film. Banyak sekali kostum yang harus dirancang dan diproduksi," kata Liz usai pemutaran film "Gods of Egypt di Jakarta, Kamis malam, 23 Februari 2017.
Liz mengatakan bahwa dia bersama tim hanya diberi waktu 14 minggu. "Kami mulai memproduksi pada Desember, sementara proses syuting dimulai pada Maret. Kami hanya punya sedikit waktu," ujar Liz
"Tidak ada pesan di balik kostum, itu murni fantasi saya. Saya yakin bisa melakukan lebih baik lagi jika diberi lebih banyak waktu, tapi kami harus berpikir cerdas untuk produksi cepat kostum," kata Liz.
Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun sebagai seorang perancang kostum, Liz membangun reputasinya di bidang perancangan kostum. Liz mengumpulkan inspirasi dari banyak referensi visual, film-film lama, seni, fotografi dan bahkan arsitektur.
Hal itu tercermin dalam desainnya di "Gods of Egypt", yang mana dapat menyerupai tampilan patung atau pahatan. Dalam proses pembuatan kostum "Gods of Egypt", Liz menjelaskan, hal pertama yang dia lakukan adalah membaca skrip. Pada tahap awal tersebut tidak ada komunikasi dengan sutradara. "Jadi semua berasal dari imajinasi saya," kata Liz.
Tahap selanjutnya, saat mulai berdiskusi dengan sutradara, Alex Proyas, Liz mengatakan hanya ada dua kata dari sang sutradara, yaitu Planet Mesir. Sejak saat itu, menurut Liz, Planet Mesir digunakan oleh semua produser, penata artistik, perancang untuk membangun semua hal yang berkaitan dengan dua kata tersebut.
"Sutradaranya mengatakan bahwa ini bukan Bumi, ini di sebuah planet jauh, dan dia mengatakan itu Planet Mesir. Dalam proses pembuatan kami menjauhkan diri dari kostum tradisional, tapi masih ada elemen Mesir di dalamnya. Saya pikir kami sukses," kata Liz.
Kesuksesan tersebut, menurut Liz tak lepas dari para aktor yang membawakan kostum rancangannya. Liz menyebut sang aktor utama Gerad Butler berhasil "memikat", sehingga dapat menampilkan citra produksi film dengan baik.
Dalam menghasilkan ribuan kostum, selain bantuan lebih dari 70 staf, Liz menerapkan teknologi modern guna menghasilkan beberapa desain yang lebih rumit dan secara massal. Liz memakai alat pencetak digital dan 3D serta mesin pemotong laser.
Dikenal dengan kemampuannya untuk menciptakan kostum skala besar, Liz dinominasikan untuk penghargaan AACTA (Australian Academy of Cinema and Television Arts) dan APDG (Australian Production Designers Guild) untuk desain kostumnya dalam "Gods of Egypt".
Liz menyatakan bahwa desain kostum yang baik membantu sutradara untuk memperoleh nuansa film, dan dia percaya bahwa lokasi adegan jalanan yang sederhana pun dapat diperkuat dengan kostum.
Peran figuran berkostum yang ditempatkan dengan cermat, menurut dia, akan membantu menciptakan suasana unik dan beratmosfer, meningkatkan set sehingga memberi tampilan visual yang lebih baik.
Liz menunjukkan hal tersebut dalam adegan pembuka film "I, Robot" yang dibintangi Will Smith. Selain "Gods of Egypt" dan "I, Robot", Liz juga terlibat dalam pembuatan kostum film "Dark City" yang membuatnya diunggulkan dalam Saturn Award.
Saat ini, Liz memiliki perusahaan produksi kostum di mana dia memproduksi kostum rancangannya. "Tapi kita tidak pernah tahu, sesuatu yang fantastis bisa saja terjadi," ujar Liz. "Saya tahu ini terdengar gila, tapi saya menganggap mendesain kostum di film adalah hobi saya," kata Liz. *
ANTARA