TEMPO.CO, Jakarta - Tak banyak yang tahu pesohor Dimas Beck pernah mengalami masa-masa sulit. Pada hari peluncuran buku perdananya, Skripsi Poci dan Api, Dimas mengenang saat dia harus merawat ibunya yang terkena stroke seorang diri.
Saat itu, dia masih berusia 16 tahun. "Enggak kebayang aja waktu itu saya sendirian, sementara kakak-kakak sekolah di luar negeri," katanya di Colony Kemang, Kamis, 22 Desember 2016.
Pasalnya, selama ini Dimas mengenal ibunya sebagai orang yang sehat dan kuat. "Dia tidak pernah jatuh, jadi saya pikir, she'll be okay. Tapi ternyata lumpuh sebelah. Saya syok banget," ujar pemilik nama lengkap Dimas Kahlil Sudoyo Beck ini.
Terlebih, pria kelahiran Jakarta, 8 Mei 1988, tersebut mengaku awam dengan penyakit stroke. "Pas masuk UGD, saya enggak ngerti stroke itu apa. Kalau jantung kan masih ada penjelasannya," tuturnya.
Pelantun lagu Dansa ini juga merasa kebingungan karena dia satu-satunya orang yang harus mengambil keputusan. "Misalnya, mau operasi atau enggak?" ucapnya.
Tak hanya itu, untuk menjaga kondisi ibunya, ia mesti bersikap tegas kepada siapa pun yang ingin menengok, dari klien, pejabat, hingga menteri. "Pokoknya tamu harus jenguk setelah saya pulang sekolah, jam 4. Waktunya pun dibatasi, 15 menit aja," ujar Dimas.
Di usia yang baru menginjak 16, saat itu dia juga harus mencari cara agar bisa membayar biaya perawatan ibunya. "Kita punya bujet terbatas dan enggak punya asuransi pula. Gimana kalau argonya lebih? Apa yang harus saya lakuin?" tuturnya mengenang masa itu.
Namun, berkat “dijaili” teman-temannya, Dimas berhasil dipanggil untuk film pertamanya saat itu. "Waktu itu di-DP 50 persen, seharga ongkos rumah sakit, langsung saya bayarin hari itu juga," katanya.
Karena perjuangannya tersebut, akhirnya sang ibu pun sembuh. Dimas juga tumbuh menjadi anak yang mandiri.
DINI TEJA