TEMPO.CO, Yogyakarta - Festival Gerobak Sapi oleh seniman Yogyakarta digelar di lapangan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Candi Boko, Minggu, 27 November 2016. Terdapat 12 gerobak sapi yang telah dilukis oleh para seniman dan dihias sedemikian rupa untuk dinikmati masyarakat.
Para seniman itu berkolaborasi dengan para bajingan atau sais gerobak. "Ini baru festival pemanasan untuk pergelaran festival yang lebih besar pada 2017. Kami menggandeng para seniman untuk menghias gerobak sapi," kata ketua panitia Festival Gerobak Sapi, Bowo Harso Nugroho, Jumat, 25 November 2016.
Lokasi yang dipilih untuk penyelenggaraan festival berada di sisi barat Candi Prambanan. Oleh para perupa, gerobak sapi itu dilukis dan dihias. Seniman-seniman yang terlibat dalam kegiatan ini antara lain Harman dari Sanggar Seniman Jogja Timur (Sejati), Astuti Kusumo, dan Bambang Herras.
Harman mengaku antusias saat diajak berkarya dengan medium gerobak sapi. Sebab, kata dia, kegiatan itu sekaligus mengajak masyarakat untuk paham tentang seni. "Masyarakat yang mampu menghargai serta mengetahui seni akan mempunyai posisi dan status tersendiri dalam kebudayaan," kata Harman.
Gerobak yang dihias dengan dandanan gerobak balap, gerobak barong dan gerobak garuda. Ada pula gerobak perdamaian yang memuat pesan persatuan berbunyi "Rukun Agawe Santoso - Crah Agawe Bubrah".
Bowo menambahkan Festival Gerobak Sapi ke-5 pada Juli 2017 direncanakan digelar di seputaran Candi Prambanan pula. Tema yang diangkat adalah "Road to Festival Gerobak Sapi 2017". "Akan melibatkan seniman perupa dan penari," kata dia.
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Aria Nugrahadi menuturkan konsep baru Festival Gerobak sapi merupakan arahan dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Raja Yogyakarta itu menginginkan agar dalam Festival Gerobak Sapi tak hanya sekedar menampilkan arak-arakan gerobak saja, namun juga dibarengi penampilan seni. "Biar kalau orang melihat gerobak sapi juga langsung, oo Yogyakarta," kata dia.
MUH SYAIFULLAH