Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bob Dylan VS Jean Paul Sartre

Editor

Saroh mutaya

image-gnews
Musisi rok Amerika Serikat, Bob Dylan tampil mengibur penonton saat berlangsungnya The Hop Festival di Paddock Wood, Kent, 30 Juni 2012. Bob Dylan dinobatkan sebagai peraih Nobel Sastra 2016. REUTERS
Musisi rok Amerika Serikat, Bob Dylan tampil mengibur penonton saat berlangsungnya The Hop Festival di Paddock Wood, Kent, 30 Juni 2012. Bob Dylan dinobatkan sebagai peraih Nobel Sastra 2016. REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sama-sama meraih Nobel dalam bidang kesusastraan, dan sama-sama menolak ganjaran uang atas penghargaan bergengsi itu, baik musisi legendaris Amerika, Bob Dylan maupun filsuf Prancis Jean-Paul Sartre, melibas waktu dengan menekankan bahwa manusia modern linglung alias gagap dengan dirinya sendiri. Bob Dylan menyabet hadiah Nobel 2016 dalam bidang kesusastraan, sementara Sartre memperoleh Nobel Sastra pada tahun 1964.

Dylan digadang-gadang mampu menciptakan ekspresi-ekspresi puitis anyar dalam tradisi lagu Amerika yang luar biasa dengan melantunkan lagu seperti Blowin in the Wind, The Times They Are A-Changin, Subterranean Homesick Blues. Tembang-tembang itu dianggap menginspirasi dan mengedepankan semangat antiperang di kalangan generasi muda 1960-an.

Sartre (1905 s.d. 1980) dengan artikel berhulu ledak dahsyat berjudul Le Figaro menyentil drama mengenai potret manusia galau sejamannya yang terbelenggu dalam ketidakmenentuan dan ketidakjelasan arah pandangan mengenai makna bagi diri sendiri.

Dylan dan Sartre menunjuk kepada gambaran manusia yang diputar ke sana-kemari dengan dirinya sendiri. Manusia terperosok ke dalam budaya narcistik, yakni peduli dengan diri sendiri, dan peduli kepada orang lain meski akhirnya demi kepentingan diri sendiri. "Saya memberi agar engkau memberi", atau "Do ut Des", demikian ungkapan Latin klasik.

Keduanya terkesan malu-malu kucing menerima duit. Dylan belum merespons langsung Swedish Academy yang memutuskan namanya sebagai pemenang Nobel. Dia dicap sebagai sosok tidak sopan yang cenderung arogan. Pelantun Like a Rolling Stone itu terancam kehilangan hadiah uang 900.000 dolar Amerika Serikat.

Sartre ogah menerima fulus, meski beberapa tahun kemudian pengacara filsuf Prancis itu mengirim surat kepada Swedish Academy untuk mengirimkan uang hadiahnya. Tentu saja permintaan itu ditolak.

Penolakan Sartre itu lantas dimaknai oleh kritikus Max-Pol Fouchet sebagai "kesendirian khas penulis revolusioner" ketika menegaskan "kematian manusia sebagai subjek". Manusia sejatinya hanya memantas-mantas diri tanpa dapat menunjuk siapa dirinya sendiri. Linglung oleh potret dirinya sendiri.

Sikap seperti itu tidak baru benar. Sastrawan dan kaum intelektual Amerika Latin menunjukkan dakuan yang serupa. Sebut saja, Octavio Paz, Gabriel Garcia Marquez dan yang terakhir Derek Walcott. Mereka ini bertekad memerdekakan diri dari belenggu dakuan khas Barat yang mematikan kebebasan publik Amerika Latin.

Kalau "Tuhan sudah mati" kata filsuf Frederich Nietzsche, maka Dylan dan Sartre sama-sama berteriak dengan lantang dalam penggal tembang "It Aint Me Babe. Go way from my window/Leave at your own chosen speed, it begins. Im not the one you want, babe/Im not the one you need."

Dylan dan Sartre mengirim pesan kepada semesta dunia, "Jika Anda mencintai (kami), Anda perlu memahami siapa diri (kami). Jangan sekali-sekali memaksa kami untuk tidak menjadi diri (kami) sendiri."

Cap tidak sopan dan Sombong untuk Dylan itu menegaskan bahwa ketidaktahuan kerap kali menyuburkan keterbatasan pemahaman diri sendiri. Orang kerap kali gagal paham mengenai dirinya sendiri. Dia kemudian melibas dan melindas kebebasan dirinya sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Contoh lugasnya, silakan membayangkan bahwa seseorang yang sudah termakan usia, kemudian bersikap layaknya anak baru gede (ABG) dengan memaksa-maksa diri berhura-hura dengan berjingkrak-jingkrak atau melucu untuk sekadar dapat diterima oleh kelompok yang bukan seusia dirinya.

Dengan menggunakan nada getir, Dylan menunjuk kepada manusia modern yang makan dengan dua tangan yang dimasukkan ke dalam satu mulut. Minum air layaknya hewan karena menyeruput dari tong air dengan kepala tertunduk sambil mengeluarkan suara mendesis.

Dengan nada sarat kasih, Sartre mengimbau manusia modern bahwa kesunyian merupakan awal dari kecintaan akan jagat semesta. Silakan menyaksikan potret manusia yang mencari pengakuan diri dengan mengonsumsi barang-barang demi gengsi semata.

Dylan dan Sartre menggeledah budaya gincu, merangsek budaya serba pura-pura. Dua penggawa di bidang sastra dunia itu menunjuk kepada kredo bahwa orang lain adalah segalanya. Yang lain, yang berbeda, selalu menunjukkan penampakan dan pengejawantahan dari "wajah" (epifani) sesama.

Dylan dan Sartre sama-sama menulis dari kesendirian. Karya besar bertajuk kemanusiaan bukan lahir dari mereka yang mencintai hura-hura dengan mengatasnamakan tuntutan ziarah zaman. Waktu tidak bergerak dari masa depan ke belakang, tetapi dari masa lampau ke masa depan. Waktu memiliki dinamika ke depan.

Waktu selalu membuka, mengajak, dan bertindak bagi sesama, bukan mengarahkan hanya pada kepentingan diri sendiri. Dylan dan Sartre merupakan duta-duta waktu bahwa manusia diharapkan piawai dalam mengukur perilakunya di hadapan sesama.

Hanya Dylan tidak lagi ingin menulis drama waktu. Sartre terhukum oleh waktu. Waktu mengadili, dan sesama manusia memvonis: kita menghitung hari dan dihitung oleh hari. Yang tertinggal dan tersisa hanyalah menanti dan menanti.

Yang ada: penantian! Yang ada: harapan!

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tiga Ilmuwan Kuantum Raih Penghargaan Nobel Fisika 2022

5 Oktober 2022

Ilustrasi Alain Aspect  (kiri), John Clauser (tengah), dan Anton Zeilinger (kanan), peraih Nobel Fisika 2022. (Ilustrasi: Niklas Elmehed)
Tiga Ilmuwan Kuantum Raih Penghargaan Nobel Fisika 2022

Tiga fisikawan peraih Penghargaan Nobel Fisika 2022 berfokus pada penelitian mengenai quantum entanglement


Tiga Ekonom Memenangkan Penghargaan Nobel Ekonomi 2021

12 Oktober 2021

Sekretaris Jenderal Royal Swedish Academy of Sciences Goran K. Hansson dan anggota Economic Sciences Prize Committee 2021 Peter Fredriksson dan Eva Moerk mengumumkan Penghargaan Sveriges Riksbank dalam Ilmu Ekonomi untuk mengenang Alfred Nobel 2021 ketika foto pemenang David Card, Joshua Angrist dan Guido Imbens ditampilkan di layar selama konferensi pers di akademi, di Stockholm, Swedia, 11 Oktober 2021. [Claudio Bresciani/Kantor Berita TT/via REUTERS]
Tiga Ekonom Memenangkan Penghargaan Nobel Ekonomi 2021

Ekonom David Card, Joshua Angrist dan Guido Imbens, memenangkan hadiah Nobel Ekonomi 2021 atas jasanya dalam penelitian ekonomi mereka.


Pemenang Nobel Perdamaian Diumumkan 8 Oktober, Bagaimana Mekanismenya?

7 Oktober 2021

Medali Nobel Prize. (intelligentcollector.com)
Pemenang Nobel Perdamaian Diumumkan 8 Oktober, Bagaimana Mekanismenya?

Penghargaan Nobel adalah penghargaan prestisius yang dicetus oleh penemu dinamit dan pengusaha Swedia Alfred Nobel. Bagaimana cara pemilihan pemenang?


Novelis Tanzania Abdulrazak Gurnah Menang Nobel Sastra

7 Oktober 2021

Abdulrazak Gurnah di Panel Hebron, 31 Mei 2009.[Wikimedia]
Novelis Tanzania Abdulrazak Gurnah Menang Nobel Sastra

Abdulrazak Gurnah memenangkan Hadiah Nobel Sastra 2021 atas penetrasi tanpa kompromi dan belas kasihnya terhadap efek kolonialisme dan nasib pengungsi


Benjamin List dan David MacMillan Dianugerahi Nobel Kimia 2021

6 Oktober 2021

Gambar-gambar pemenang Hadiah Nobel Kimia 2021 Benjamin List dan David MacMillan terlihat di layar selama pengumuman Royal Swedish Academy of Sciences di Swedish Academy of Sciences di Stockholm, Swedia, 6 Oktober 2021. [Claudio Bresciani/TT Kantor Berita/via REUTERS]
Benjamin List dan David MacMillan Dianugerahi Nobel Kimia 2021

Benjamin List dari Jerman dan David MacMillan yang lahir di Skotlandia memenangkan Nobel Kimia 2021 atas penelitian organokatalisis asimetris.


Tiga Ekonom Raih Nobel Berkat Usaha Mengurangi Kemiskinan Global

15 Oktober 2019

Penghargaan Nobel.[www.independent.ng]
Tiga Ekonom Raih Nobel Berkat Usaha Mengurangi Kemiskinan Global

The Royal Swedish Academy of Sciences memberikan penghargaan Nobel Ekonomi tahun 2019 kepada tiga ekonom yang mengajar di AS.


6 Penghargaan Bergengsi untuk Ilmuwan Dunia

16 Januari 2019

Medali Nobel Prize. (intelligentcollector.com)
6 Penghargaan Bergengsi untuk Ilmuwan Dunia

Selain Blavatnik Award, dunia sains memiliki beberapa penghargaan yang cukup bergengsi untuk para ilmuwan dunia, seperti Breakthrough Prize


Terapi Kanker Ilmuwan AS dan Jepang Raih Nobel Kedokteran 2018

1 Oktober 2018

James P. Allison dan Tasuku Honjo telah memenangkan Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran 2018. Kredit: Reuters
Terapi Kanker Ilmuwan AS dan Jepang Raih Nobel Kedokteran 2018

Hadiah Nobel Kedokteran saat ini bernilai $ 1,012,297.05 (Rp 15 miliar) dan akan dibagi di antara pemenang.


Penulis Inggris, Kazuo Ishiguro Menangkan Hadiah Nobel Sastra

6 Oktober 2017

Source: Indipendent.co.uk
Penulis Inggris, Kazuo Ishiguro Menangkan Hadiah Nobel Sastra

Kazuo Ishiguro berharap penghargaan Nobel tersebut akan menjadi kekuatan untuk selamanya


Perekam Kehidupan Molekul Ini Dapat Hadiah Nobel Kimia 2017

4 Oktober 2017

Jacques Dubochet, Joachim Frank, dan Richard Henderson meraih Hadiah Nobel 2017 untuk bidang Kimia. (India Today)
Perekam Kehidupan Molekul Ini Dapat Hadiah Nobel Kimia 2017

Tiga ilmuwan mendapat penghargaan Nobel di bidang kimia karena mengembangkan metode untuk menghasilkan gambar molekul beresolusi tinggi.