TEMPO.CO, Jakarta - Para musikus dan penyanyi jazz meramaikan Prambanan Heritage Jazz Festival 2016. Ada dedengkot musik jazz Idang Rasjidi, Erwin Gutawa, penyanyi Trie Utami, dan Afgan. Acara digelar sejak Minggu pagi, 23 Oktober 2016 hingga malam hari.
"Genap 25 tahun Candi Prambanan dan Borobudur menjadi warisan dunia. Ada keterkaitan kuat antara jazz dan warisan budaya," kata Ricky Siahaan, Direktur Pemasaran dan Pelayan PT Yaman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, Sabtu malam, 22 Oktober 2016.
Menurur Ricky, acara musik ini bisa dibilang the real jazz, karena tokoh-tokoh musik jazz meramaikan acara ini. Lokasi dipilih kawasan ini karena ada chemistry yang kuat antara musik ini dengan candi dan suasana yang bisa dibilang romantis.
Sejak ditetapkan sebagai world heritage, Prambanan dan Borobudur pada 1991, selama ini pula Indonesia bisa menjaga peninggalan sejarah ini. Sementara di negara lain, situs yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dihancurkan dan rata dengan tanah oleh berbagai sebab. Selama ini pula, dua warisan budaya agama Hindu dan Buddha ini justru dijaga oleh mayoritas orang Islam.
"Ini bukti Indonesia aman dikunjungi, berwisata, dan aman berinvestasi. Dua candi ini sebagai inspirasi budaya, musik, dan lain-lain," kata dia.
Idang Rasjidi menyatakan, musik jazz yang ia geluti ini adalah musik yang jujur. Ada improvisasi dan tidak bisa terulang.
"Kenapa saya pilih jazz karena ia jujur, I play what I feel. I feel what I play. Bangsa kita melalui musik jadi jujur. Sederhana dan jujur. Indonesia harus dimerdukan, bukan didengungkan tidak aman," kata Idang.
Idang menambahkan, dalam musik jazz ada pesan, berhentilah saling menghina, saat ini bukan waktunya gontok-gontokan. Memang timur dan barat itu beda. Utara dan selatan itu beda. Tetapi ada titik harmoni.
"Jangan sampai bangsa lain menghajar kita, batu bata di rumah saya adalah not, nasi yang dimakan anak cucu saya adalah not yang saya mainkan," kata Idang.
Lagu-lagu jazz yang akan ditampilkan di Prambanan ini memang banyak genrenya. Tetapi tidak akan lepas dari nuansa musik jazz. Jazz bagi dia adalah barometer kebebasan.
"Jazz is a barometer of freedom. Merdeka adalah untuk mendisiplinkan diri sendiri sebelum didisiplinkan orang lain," kata dia.
Trie Utami yang hadir di jumpa jurnalis di kantor PT TWC, Prambanan menyatakan, ia sudah sangat menyatu dengan candi. Ia sering menyanyi di acara-acara yang yang lokasinya di candi. Seperti Borobudur, Prambanan, Pawon, Mendut dan Ratu Boko.
"Lama lama saya seperti penyanyi spesialis candi. Sering nyanyi di Prambanan, Borobudur, Mendut, Pawon," kata Trie Utami.
Bagi Iie, panggilan akrabnya, candi merupakan perpustakaan budaya yang luar biasa. Tidak hanya sekedar batu dan bangunan. Tetapi sejarah dan filosofi nya ada di candi itu.
"Candi merupakan apa yang dibuat oleh leluhur saya. Candi merupakan perpustakaan besar yang siap dibuka siapa saja dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Tidak sekedar monumen," kata dia.
Artis yang meramaikan pergelaran jazz yang lainnya adalah Monita Tahalea, Diatas Rata-Rata, Shadow Puppet feat Harvey Malaiholo, Barry Likumahuwa Experiment, serta Tohpati & Friend.
MUH SYAIFULLAH