TEMPO.CO, Los Angeles - Michael Moore in TrumpLand bukan hanya sebuah judul film buatan seorang sineas. Film ini uga sebuah deskripsi suatu kondisi yang tengah terjadi di Amerika Serikat. Berbeda dengan film investigastif lain seperti Fahrenheit 9/ll, Bowling for Columbine, atau Sicko, film yang berisi rekaman penampilan stand-up Moore baru-baru ini di negeri Trump itu lebih santai.
Michael Moore in TrumpLand menggunakan latar Kota Wilmington, Ohio, yang merupakan kunci kota metropolis. Kota tersebut menjadi tempat di mana empat kali lebih banyak pemilih yang memberikan suara mereka untuk Donald Trump ketimbang Hillary Clinton. Kota tersebut cukup konservatif sehingga Glenn Beck jadi donatur dari Murphy Theatre, tempat acara berlangsung.
Sesungguhnya, Michael Moore in TrumpLand tidak benar-benar bercerita tentang calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump. Sebaliknya, film ini justru dibuat untuk mengkritik calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik itu.
Selain itu, film ini sebagai dorongan untuk pertahanan Hillary Clinton terhadap orang-orang yang membencinya sekaligus permohonan tulus untuk orang-orang untuk memilih dia. "Anda masih bisa tetap membenci Hillary, tapi, lakukanlah untuk negeri ini." kata Moore, yang mengaku idak pernah memberikan suaranya untuk Clinton selama hidupnya.
Moore mendengarkan pesan-pesan dari pendukung Hillary. Namun dia juga membuka diri untuk menawarkan kata-kata yang menenangkan bagi setiap pihak. Selanjutnya, ia mencoba membuat penonton pendukung Trump merasa nyaman. Baik lewat humor, maupun adegan penuh empati.
Sentuhan humor terasa lewat aksi visualnya saat mengisolasi semua orang Meksiko Amerika di kerumunan. Di salah satu balkon ia juga mengisolasi semua Muslim AS dan mengamati mereka dengan pesawat tak berawak.
Moore juga berbicara tentang kunci demografi Trump serta kemarahan seorang kulit putih dengan mengatakan kepada mereka, "hari-hari kami sudah berakhir." Trump juga digambarkan lewat guyonan, "Jika Clinton menang, maka ia akan mengatakan bahwa suara laki-laki keras saat berdemonstrasi itu tak lebih dari suara dinosaurus mati."
FIlm ini berubah lebih serius ketika menampilkan diskusi Moore tentang mengapa begitu banyak orang baik yang dia tahu dari Michigan justru memilih Trump meskipun mereka tidak menyukainya.
"Dia mengatakan hal yang bisa menyakiti orang-orang," kata Moore pada saat-saat yang paling serius dalam film itu. "Yang tersisa adalah hak untuk memilih, dan mereka melihat Trump sebagai koktail Molotov manusia, sebuah granat tangan dilemparkan ke dalam sistem yang menghancurkan kehidupan mereka."
Film Michael Moore in TrumpLand cenderung tidak mempengaruhi banyak pemilih. Untuk semua niat baiknya, perpaduan keunikan Moore hanya membuat pemilih Trump agar putar otaknya kembali. Film ini juga mengambil waktu yang lama yang baik untuk menemukan ritmenya dalam waktu 73 menit.
LOS ANGELES TIMES | THE GUARDIAN | LARISSA