TEMPO.CO, Jakarta - Susiana seharusnya merayakan ulang tahun ke-48 pada 6 September 2016.
Tukul Arwana (52) sempat bertanya kepada istrinya yang biasa ia panggil dengan sebutan Susi Similikiti ini. “Nanti ulang tahun mau ke mana, Ma?”
Ibunda dari Novita Eka Afriana (17) dan Wahyu Jovan Utama (7) itu antusias membayangkan konsep perayaan ulang tahunnya.
“Kayaknya ke Puncak enak, ya Mas. Sejuk. Suasananya beda,” kata Susi kepada Tukul.
Sayang, rencana tinggal rencana. Tuhan berkehendak lain. Tepat dua minggu sebelum hari ulang tahunnya, Selasa, 23 Agustus 2016, Susiana atau Susi Similikiti mengembuskan napas terakhirnya.
Tak ada firasat apa-apa tentang kepergian Susi. “Seperti biasanya saja. Ceria, banyak aktivitas. Dia enggak bisa diam. Selalu aktif. Kadang ingin mengingatkan, tapi ya itu hiburan dia juga bersosialisasi, jadi saya biarkan. Saya selalu memerdekakan siapa saja. Burung saja saya merdekakan,” ujar Tukul.
Selasa pagi itu sambil sarapan, Tukul masih ingat, ia dan Susi tengah membicarakan sekolah Jovan.
“Saya dan Susi ini sebenarnya ingin anak bungsu kami, Jovan, bersekolah di sekolah keagamaan. Inginnya di Muhammadiyah, Gandaria. Saya merasa, kalau dari kecil sudah berbekal agama baik, hidupnya akan memiliki kontrol. Kalau pintar tapi enggak memiliki sikap hidup yang benar, ya percuma. Kami lagi memusyawarahkan hal ini,” bilang Tukul.
Lalu, Susi menyarankan, harapan mereka didiskusikan juga dengan Jovan. “Kita tanyakan dulu kepada anak kita, Mas. Kita, kan juga enggak bisa memaksa. Kalau anak kita masih mau bersekolah di sekolah yang sekarang ini, ya sudah biarkan saja. Tapi kalau Jovan setuju, maka kita upayakan, Mas, pindah ke Muhammadiyah,” Tukul mengulang ucapan Susi.
Itulah isi perbincangan terakhir mereka. Tukul sama sekali tak merasa ada sinyal perpisahan. Sore harinya, saat tiba di rumah, walau katanya lelah, Susi juga tak menunjukkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan.
“Itu karena saya, Anda, atau siapa pun enggak ada yang tahu kapan dipanggil Allah. Coba kalau Anda sudah diberi tahu dahulu, kalau Anda mau meninggal, apa Anda enggak panik? Enggak ngeri? Kayak apa hebohnya. Memangnya mau?” canda Tukul.