TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Sekretaris Negara Pratikno menutup secara resmi pameran lukisan koleksi Istana Kepresidenan ,17/71: Goresan Juang Kemerdekaan, di Galeri Nasional, Selasa malam, 30 Agustus 20116. Pameran yang digelar selama sebulan penuh sejak 1 Agustus 2016 itu menyedot 35 ribu pengunjung.
Ketua panitia pameran, Taufik Sukasah, melaporkan antusiasme pengunjung dalam pameran koleksi lukisan Istana tersebut. “Lebih dari 35 ribu pengunjung dari berbagai kalangan. Paling ramai saat akhir pekan, Sabtu dan Ahad,” ujarnya saat penutupan di Galeri Nasional.
Pameran ini memajang 28 lukisan karya para pelukis dalam dan luar negeri. Mereka adalah Affandi, Basoeki Abdullah, Dullah, Harijadi Sumadidjaja, Henk Ngantung, Kartono Yudhokusumo, Raden Saleh, S. Sudjojono, Sudjono Abdullah, Trubus Sudarsono, Gambiranom Suhardi, Surono, Lee Man Fong, Rudolf Bonnet, Hendra Gunawan, Diego Rivera, Miguel Covarrubias, Walter Spies, Ida Bagus Nadera, Srihadi Soedarsono, dan Mahjuddin.
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengungkapkan kegembiraannya atas antusiasme pengunjung. Menurut dia, pameran ini membuktikan bahwa seni rupa hidup dan masih ada penggemarnya. “Senang karena antusiasme yang luar biasa,” ucap Hilmar.
Menutup pameran tersebut, Menteri Pratikno menyebutkan sudah saatnya Istana terus menggelar pameran seni dari generasi ke generasi. Ia menyambut ide yang dilontarkan politikus Fadli Zon bahwa karya para maestro ini luar biasa artistik dan merupakan ikon nasional.
Pada pameran tersebut, panitia juga mendukung masyarakat yang menonton pameran melalui teknologi augmented reality. Dengan modal telepon seluler, pengunjung bisa mendapatkan gambaran lukisan yang dipajang dan diproyeksikan dalam waktu nyata.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menuturkan teknologi baru yang diterapkan dalam pameran ini mendukung suksesnya pameran. Dia meyakini semakin banyak anak muda yang tertarik mengunjungi pameran lukisan.
DIAN YULIASTUTI