TEMPO.CO, Surabaya - Penyanyi jazz Andien mengaku dalam kondisi kurang prima menjelang tampil pada Jazz Traffic Festival di Grand City Convex Surabaya, Sabtu-Minggu, 27-28 Agustus 2016.
Penyanyi bernama lengkap Andini Aisyah Haryadi itu mengatakan staminanya terforsir akibat padatnya jadwal pentas. “Suara saya masih bindeng (sengau),” ujar perempuan 31 tahun itu di Hotel J.W. Marriot Surabaya, Jumat sore, 26 Agustus 2016.
Namun, Andien yakin pada saat gilirannya tampil di Jazz Traffic Festival pada Minggu malam, kebugarannya sudah pulih lagi. Untuk mengembalikan performanya, Andien berujar akan beristirahat total sebelum pentas. “Untungnya jadwal saya tampil di hari kedua. Saya yakin stamina dan suara saya sudah pulih,” tuturnya.
Bagi Andien, Jazz Traffic Festival yang telah memasuki tahun keenam ini bukan hal baru. Tiga tahun lalu dia juga pentas dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Radio Suara Surabaya itu. “Tiga tahun lalu, saya sempat disoraki huuu oleh penonton karena telat datang,” ujar dia.
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Jazz Traffic Festival tahun ini juga melibatkan sekitar 200 musikus selama dua hari pagelaran sejak siang hingga menjelang dini hari. Panitia membuat tiga panggung utama, satu di luar dan dua di dalam ruangan. Dengan harga tiket Rp 300 ribu selama dua hari, penonton tinggal memilih menikmati tampilan penyanyi yang disukai.
Sejumlah penyanyi beken yang bakal menyemarakkan Jazz Traffic Festival 2016 antara lain Ari Lasso, Glenn Fredly, Fariz RM, Andre Hehanusa, Tohpati, Eva Celia, Sierra Soetedjo, Barry Likumahua, Idang Rasjidi, Maliq & D’Essentials, Monita Tahalea, Dwiki Darmawan Jazz Connection feat Lea Simanjuntak, dan The Groove.
Chief Executive Officer Suara Surabaya Errol Jonathan menuturkan Jazz Traffic sesungguhnya merupakan acara di radionya yang mulai disiarkan pada 1983. Menurut dia, saat itu jazz bukan aliran musik yang populer di Surabaya. Namun, Errol yang juga pengasuh program acara tersebut kukuh membawakan program Jazz Traffic rutin sepekan sekali. “Alasannya saya membuat program itu ialah di Surabaya ada maestro jazz aset nasional dan internasional, Bubi Chen,” ujarnya.
Dua tahun kemudian, Bubi Chen ikut rutin memandu acara Jazz Traffic on air bersama Errol hingga akhir hayatnya pada 16 Februari 2012. Selama itu pula, kata Errol, jazz mulai mendapatkan tempat di hati masyarakat. Hal itu terbukti dengan menjamurnya berbagai kegiatan festival jazz di sejumlah daerah.
Sebelum wafat di Semarang, Bubi Chen dua kali tampil di Jazz Traffic Festival meski saat itu kondisi kesehatannya sudah menurun dan harus duduk di kursi roda selama di atas panggung.
KUKUH S. WIBOWO