TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi Eddy Silitonga wafat pada Kamis, 25 Agustus 2016 pukul 00.05 WIB. Pengamat musik Bens Leo mengenang Eddy sebagai penyanyi pop berkemampuan lengkap.
Bens mengatakan Eddy mahir bernyanyi pop, melayu, dan seriosa. Eddy pernah mendapatkan penghargaan sebagai penyanyi terbaik di ajang festival pop nasional. Ia juga menjuarai lomba bernyanyi lagu minang serta menjadi penyanyi seriosa terbaik. “Suaranya jernih dan artikulasinya bagus di nada tinggi,” kata Bens saat dihubungi, Kamis, 25 Agustus 2016.
Menurut Bens, Eddy jarang membawakan lagu Barat. Ia banyak berfokus pada lagu daerah. “Orang Batak yang bernyanyi lagu Jawa,” ujarnya. Romo Ono Maling merupakan salah satu lagu populer yang dibawakan Eddy.
Secara personal, Bens mengatakan Eddy sosok yang rendah hati. “Tidak ngartis,” ucapnya. Bens ingat pernah bertemu dengan Eddy di Pasar Mede, Fatmawati, dua kali.
Eddy dibalut celana pendek selutut dan mengenakan sandal jepit, dengan santai berbelanja. Bens mengatakan semua pedagang mengenal Eddy. “Sering belanja di sini,” kata Bens menirukan ucapan Eddy saat mereka bertemu.
Eddy Silitonga meninggal setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Fatmawati selama lebih dari satu minggu. Eddy dirawat karena gula darahnya yang menurun. Ia sempat gagal napas pada 11 Agustus 2016 dan dikabarkan meninggal. Namun kondisinya membaik keesokan harinya.
Kondisi Eddy kembali memburuk pada 19 Agustus 2016. Ia tak sadarkan diri hingga meninggal pada Kamis dinihari, 25 Agustus 2016.
Jenazah Eddy masih berada di rumah duka RS Fatmawati hingga saat ini. Marco mengatakan ayahnya baru akan dimakamkan pada Sabtu, 20 Agustus 2016. Eddy akan dimakamkan di TPU Kampung Kandang, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
VINDRY FLORENTIN