TEMPO.CO, Probolinggo - Penampilan dua kelompok jazz, Fusion Jazz Community dan Samba Sunda, membuka pergelaran Jazz Gunung Bromo di Ampitheater Jiwa Jawa Resor, Desa Wonotoro, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jumat sore, 19 Agustus 2016. Perhelatan ini digelar di panggung terbuka yang diselubungi kabut tipis pegunungan.
Samba Sunda adalah grup musik etnis asal Bandung. Kelompok ini beranggotakan 14 personel penabuh alat musik. Samba Sunda mengkreasikan sebuah gaya baru orkestra gamelan. Gaya permainan musik Samba Sunda sangat dipengaruhi tradisi kesenian Sunda, seperti gamelan, degung Sunda, tembang Sunda, kecapi, serta suling.
Grup Samba Sunda dipimpin seorang komposer dan multi-instrumentalis, Ismet Ruchimat. Sejumlah komposisi mereka mainkan selama 1 jam. Penampilan grup itu cukup memukau ratusan penonton Jazz Gunung Bromo. Bangku penonton belum sepenuhnya terisi kala Samba Sunda tampil.
Sementara itu, Sigit Pramono, penggagas dan pendiri Jazz Gunung Bromo, mengatakan penonton akan merasakan energi yang berbeda dari para musikus yang tampil di Ampitheater dengan ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut. Sigit mengatakan Pesta Merdeka di Puncak Jazz Raya ditahbiskan sebagai tema Jazz Gunung 2016. Jazz Gunung Bromo digelar 2 hari, Jumat dan Sabtu, 19-20 Agustus 2016. “Acara digelar berdekatan dengan perayaan kemerdekaan ke-71 Republik Indonesia,” ujar Sigit.
Hal ini selaras dengan musik jazz yang mengedepankan kemerdekaan dalam berekspresi dan berimprovisasi. Hari pertama diisi penampilan sejumlah grup dan musikus, seperti Fusioan Jazz Community, SambaSunda, Ian Scionti Trio, Ring of Fire Project ft Bonita & Ricad Hutapea, Dwiki Dharmawan Jazz Connection, Ermy Kullit, dan Shaggydog.
Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo Anung Widiarto mengatakan pergelaran Jazz Gunung Bromo sangat berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata Probolinggo. "Kami sangat mendukung Jazz Gunung ini," kata Anung.
DAVID PRIYASIDHARTA