TEMPO.CO, Jakarta - Film Istirahatlah Kata-Kata tayang pertama kali pada Selasa, 9 Agustus 2016, pukul 11.00 waktu Swiss. Film tentang penyair Wiji Thukul, yang hingga kini keberadaannya tak diketahui, itu ikut dalam kompetisi pada sesi Cineasti del Presente, Festival Film Internasional Locarno. Film yang disutradarai Yosep Anggi Noen ini mendapat sambutan meriah dari sekitar 500 penonton yang hadir saat itu.
Direktur artistik Locarno International Film Festival, Carlo Chatrian, mengatakan Istirahatlah Kata-Kata adalah film dari Indonesia yang bercerita tentang aktivis, pembuat puisi, sekaligus ayah yang punya peran penting dalam perkembangan demokrasi di negaranya.
“Saya sangat senang karena yang membawa kisah ini adalah sutradara, yang 4 tahun lalu membawa film panjang pertamanya ke Locarno," kata Carlo Chatrian saat memberikan sambutan. "Tahun ini dia kembali dengan film keduanya.” Sebelumnya, Yosep membawa filmnya, Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya, pada 2012, di festival film itu.
Baca: Teka-teki Wiji Thukul, Tragedi Seorang Penyair
Film Istirahatlah Kata-Kata berkisah tentang pelarian Wiji Thukul selepas peristiwa 27 Juli 1996. Sejak itu, Wiji Thukul bersembunyi di beberapa kota dan hilang pada 1998.
Yosep membesut film ini bersama produser Yulia Evina Bhara. Mereka datang ke Swiss bersama Marissa Anita, pemeran di film ini, dan Direktur Produksi Film Negara, Abdu Aziz.
"Kami sangat mendukung film ini bisa tayang di Indonesia untuk ditonton publik," kata Abduh Aziz. Menurut dia, diterimanya Istirahatlah Kata-Kata di Locarno International Film Festival membuktikan bahwa Indonesia kaya akan cerita kemanusiaan yang bisa dikembangkan para sineas. "Film ini harus tayang di bioskop Indonesia," ujar Abduh.
Yosep mengatakan Wiji Thukul adalah salah satu pejuang demokrasi yang membuatnya bisa berkarya. Tanpa ruang demokrasi yang terbuka pada 1998, mustahil bagi dia bisa memperlihatkan film ini kepada penonton.
"Di dalam film ini, saya memberikan ruang untuk puisi-puisi Wiji Thukul agar bisa terdengar lagi," ujar sutradara asal Yogyakarta itu. Melalui film ini, dia ingin menunjukkan perjalanan sastrawan yang mendiami hidup dan kata-kata.
Saat sesi tanya jawab, seorang penonton bertanya apakah generasi muda Indonesia tahu tentang Wiji Thukul. Produser film, Yulia, menjawab, “Untuk itulah film ini dibuat," ucapnya. Dia mengatakan generasi muda Indonesia bisa belajar sejarah melalui film itu. Juga belajar bahwa demokrasi diperjuangkan banyak orang, salah satunya Wiji Thukul.
Marissa Anita, yang berperan sebagai istri Wiji Thukul, Sipon, mengatakan suara sastrawan yang hilang pada 1998 itu terdengar di film ini. "Dulu sangat terdengar (gaungnya) di tahun 80-90an. Semoga dengan film ini generasi kami juga bisa mendengar suara Wiji melalui puisi-puisinya.”
Film Istirahatlah Kata-Kata diproduksi secara bersama-sama oleh Muara Foundation, Partisipasi Indonesia, KawanKawan Film, dan LimaEnam Films. Film ini rencananya diputar di bioskop Indonesia pada akhir 2016.
REZKI ALVIONITASARI