Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tantrum dan Keliaran Karya Restu Ratnaningtyas

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Pemeran Tantrum di Kedai Kebun Forum.
Pemeran Tantrum di Kedai Kebun Forum.
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Liar, kesan pertama yang muncul dalam karya drawing seniman Restu Ratnaningtyas. Tengoklah karya seri instalasi seni berjudul Tantrum. Kotak hitam menyerupai bidang tempat menyimpan televisi menghiasi ruang galeri. Benda mirip lidah saling menumpuk ada di dalam kotak itu. Enam obyek seni berupa potongan jari menemani obyek memuakkan. Ada lampu yang disorotkan ke dalam kotak itu.

Karya instalasi Restu membelakangi tembok penuh bercak. Di pojok dinding itu terdapat dua gambar perempuan membungkuk, berusaha keras memuntahkan sesuatu dari mulutnya. Ini adalah satu dari total empat karya yang ia pajang dalam pameran tunggal bertajuk Tantrum di Kedai Kebun Forum Yogyakarta, 13-24 Juni 2016.

Pada karya seni instalasi berbahan cat air di atas kertas, fiber, dan stoneware itu, Restu menyajikan obyek yang gelap dan rusak. Sesuatu yang gelap muncul dari kotak berwarna hitam. Sedangkan, rusak ditandai dengan tembok bernoda di belakang kotak itu. Potongan jari seperti menggambarkan rasa sakit. Restu menyatakan rasa sakit berhubungan dengan pengalaman masa lalunya. Sebagai orang yang pernah melalui masa muda, ia mengaku pernah punya emosi yang labil.

Citraan karya Restu memang banyak menampilkan potongan-potongan tubuh manusia. Ia lebih menekankan potongan tubuh manusia itu menjelaskan tentang orang yang punya banyak kecakapan. Misalnya seseorang bisa melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan. Membuka instagram, bermain facebook, minum, dan bekerja menjadi sesuatu yang lumrah saat ini. “Sebagai manusia utuh mereka terpotong-potong dalam kesehariannya,” kata Restu kepada Tempo.

Menurut Restu, obyek dalam karya seni instalasi itu bisa apa saja. Itu sesuatu yang diciptakan, mengganggu, dan membuat takut. Ada yang menganggapnya sebagai kumpulan lidah. Bisa juga ditafsirkan seperti benda-benda lainnya yang tidak enak dipandang. Sekilas obyek berwarna cokelat itu mirip gumpalan daging.

Tantrum pada tema pameran Restu punya arti ledakan emosi, biasanya dikaitkan dengan anak-anak atau orang- rang yang mengalami kesulitan emosional. Tantrum ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, pembangkangan, marah, dan sulit untuk ditenangkan dalam beberapa kasus kekerasan. "Karya- karya yang saya pamerkan merupakan bentuk “tantrum” sebagai seorang perempuan, ibu, dan seniman," kata Restu.

Karya-karya Restu khas dengan gaya sureal dan komikal. Ia mencoba membalik drawing bermuatan pesan yang indah-indah menjadi sesuatu yang menjijikkan lewat visualisasi karyanya. Ia bicara ledakan emosi seorang perempuan, tentang beberapa hal yang terjadi di dunia seni rupa.

Satu di antaranya adalah budaya selfie yang semakin marak dan berusaha tampil selfilable sehingga banyak karya yang menjadi hambar. Padahal, emosi sesuatu yang penting dalam sebuah karya seni. "Saya nggak marah ke penonton dan seniman. Cuma ada hal yang membuat saya agak resah," kata Restu.

Restu dikenal kerap menciptakan drawing yang berangkat dari kehidupan keseharian, yang kompleks. Citraan yang ia pakai dalam karyanya mengambil bentuk-bentuk yang mudah orang pahami. Selain seni instalasi, Restu juga menggunakan kain dan kertas dalam karya lainnya.

Pada karya lainnya berjudul Thread Vomit #2, Restu menciptakan drawing mini pada kain dengan menggunakan mesin jahit manual. Drawing itu berbentuk bordir yang bicara tentang perjuangan perempuan setiap hari. Ia menggambar seorang perempuan yang sedang beraktivitas, gelas yang pecah.

Menurut Restu, perempuan seperti mesin yang terus bergerak, berisik, dan mudah rusak. Perempuan seringkali diidentikkan dengan urusan domestik, mengurus anak, dapur dan suami. Karya seniman perempuan sering dihubungkan dengan perkara domestik dan masalah di sekitar perempuan.

Yang menarik dari karya Restu adalah ia mengajak interaksi pengunjung. Pada karya berjudul Negentropi, pengunjung bisa mengambil foto bagian dari karya itu dan memasang di instagram. Ia menantang pengunjung untuk mencari bagian yang paling menarik dari gambar dan menjelaskannya. "Banyak orang bilang karya yang menempel di tembok itu berjarak. Maka saya mencoba interaksi ini," kata Restu.

Restu tak hanya punya pengalaman berpameran di Indonesia. Karya-karya Restu sudah pernah dipamerkan di beberapa tempat melalui pameran bersama. Di antaranya Belanda, Australia, dan Myanmar. Ia juga pernah membuat karya commission work untuk Galeri Seni Arter di Istanbul, Turki pada 2014.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Restu Ratnaningtyas punya pengalaman unik yang mempengaruhinya dalam menciptakan drawing. Restu terlibat menjadi drafter dalam proyek pengangkatan artefak oleh perusahaan Belgia. Pada 2005-2007, ia bekerja sebagai drafter membuat detail-detail artefak di laut yang diangkat ke daratan.

Ia pernah bekerja di gudang penyimpanan artefak di Pamulang, Jawa Barat. Perusahaan Belgia yang bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia itu mengangkat artefak dari laut Cirebon, Jawa Barat dan Pulau Belitung, Sumatera.

Ia mengisahkan setiap hari menggambar detail benda kuno, misalnya bentuk mangkok beserta hiasannya. Ada pula patung berukuran kecil dari gading, senjata, dan bantal dari perunggu. Ia juga menggambar benda yang bertuliskan kaligrafi. Ini menggambarkan persinggungan antara orang-orang Cina dan Arab."Artefak itu didata untuk tujuan arkeologi. Ada pula yang dilelang," kata Restu.

Artefak-artefak itu berasal dari kekaisaran Cina pasa Dinasti Song abad kelima. Restu merasa beruntung karena bisa menyentuh benda yang terkubur berapa ratus tahun.Dia menggambar semua renik-renik semua sisi benda yang terkubur ratusan tahun di laut.

Temuan artefak dibersihkan lalu direndam. Satu per satu benda-benda itu ia gambar sebelum didata. Restu yang berjejaring di kampus mendapat informasi dari kawannya di kampus ihwal pengangkatan artefak bawah laut.

Dari menggambar artefak bawah laut itulah, Restu terpengaruh ketika membuat drawing. Mengamati satu per satu artefak beserta detail-detailnya mempengaruhi cara berpikirnya. Ia juga banyak berdiskusi dengan arkeolog maupun fotografer Belgia.

Restu kuliah di Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Jakarta tahun 2000. Ia berhenti kuliah di tahun 2003. Perempuan kelahiran Tangerang pada 13 November 1981 itu kemudian bekerja sebagai seniman, ilustrator, dan kurator lepas, satu di antaranya proyek Hybrid di CCF Jakarta. Ia menjadi ilustrator novelis peraih Katulistiwa Literary Award, Okky Madasari. Setelah menikah pada tahun 2009, Restu pindah ke Yogyakarta dan fokus menjadi seniman hingga sekarang.

Restu membuatkan ilustrasi untuk sampul novel penulis Okky Madasari sejak tahun 2010. Itu sampul novel pertama Okky berjudul Entrok. Selanjutnya, Restu terus mewarnai sampul novel-novel Okky. Yakni novel berjudul 86, Maryam, Pasung Jiwa, Kerumunan Terakhir.

Tak hanya menciptakan ilustrasi pada sampul novel berbahasa Indonesia, Restu juga membikin ilustrasi pada sampul novel Okky berbahasa Inggris. Novel-novel itu yakni The Years of The Voiceless, The Outcast, dan Bound. Okky merasa memiliki kedekatan dengan karya-karya Restu. "Selalu ada kegelisahan dan kedalaman atas pemaknaan realitas dalam karya-karya Restu," kata Okky ketika dihubungi Tempo melalui surat elektronik.

Kegelisahan dan pemaknaan atas realitas itulah yang membuat Okky kepincut untuk menggandeng Restu bekerja sama dalam membuat ilustrasi sampul novelnya. Okky berpandangan yanv paling utama dari karya-karya Restu adalah otentik dan jujur dalam mengekspresikan diri dan pikirannya. Dari tahun ke tahun, ia merasakan bagaimana kedekatannya dengan Restu.

Menurut Okky, Restu bisa dengan tepat dan artistik menangkap napas dan jiwa dari kisah yang ia tulis dalam novel. Restu tak sekadar menggambar, tapi menciptakan kehidupan, membangun realitas baru dengan memadukan imajinasi dan pikiran.

SHINTA MAHARANI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

33 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

39 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.