TEMPO.CO, Yogyakarta - Forum Solidaritas Yogyakarta Damai kecewa terhadap keputusan bursa pasar seni rupa Art Jog 2016 yang menggandeng PT Freeport Indonesia sebagai sponsor. Mereka meminta panitia Art Jog meminta maaf kepada publik.
“Pekerja seni harus memilih dan memilah dengan jelas siapa saja yang boleh menyokong pendanaan keseniannya,” kata juru bicara Forum Solidaritas Yogyakarta Damai, Ade Tanesia Pandjaitan, melalui siaran pers, Sabtu, 11 Juni 2016.
Art Jog 2016 menerima dana sponsor dari PT Freeport Indonesia sebesar Rp 100 juta. Menurut penyelenggara Art Jog, Heri Pemad, dia menerima dana dari Freeport itu karena putus asa pemerintah tidak mendukung kegiatan tahunan ini. Padahal, pada acara yang sama tahun lalu, tak satu pun karya yang terjual, sehingga penyelenggaraan sangat bergantung pada sponsor. Masalahnya, “Sulit sekali mencari sponsor,” kata Heri Pemad.
Namun, menurut Ade Tanesia, pekerja seni Indonesia, dalam praktek keseniannya, seharusnya bekerja demi kemanusiaan. Keterlibatan PT Freeport Indonesia dalam kesenian bertentangan dengan prinsip dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. “Semangat hidup berkesenian yang dipelopori Art Jog patut diapresiasi. Tapi bukan berarti mengabaikan nilai kemanusiaan,” ujarnya.
Ade mengatakan pragmatisme dalam dunia seni rupa terjadi karena pembiaran sejumlah kalangan. Menurut dia, generasi muda dalam seni rupa paling berisiko mewarisi pragmatisme itu. “Protes ini bentuk gugatan terhadap pemangku kepentingan kebudayaan karena tidak meninggikan nilai kemanusiaan,” katanya. Dengan begitu, penting untuk menumbuhkan kesadaran terhadap pembenaran atas dana cuci tangan kejahatan kemanusiaan yang dialirkan melalui perhelatan seni. “Perlu kode etik sebagai wujud penjaga akal sehat kemanusiaan dalam dunia kesenian.”
Ade menegaskan, kejahatan terhadap kemanusiaan dan penjarahan sumber daya alam yang dilakukan PT Freeport Indonesia patut dikecam, termasuk oleh pekerja seni. “Kami mendesak panitia Art Jog meminta maaf karena telah mencederai nilai perjuangan kemanusiaan rakyat Indonesia dan rakyat Papua karena telah berafiliasi dengan Freeport,” ujarnya.
Untuk menunjukkan kejahatan kemanusiaan PT Freeport, Forum Solidaritas Yogyakarta Damai melampirkan serangkaian data. Perusahaan tambang milik Amerika Serikat tersebut menghancurkan tatanan adat, merampas lahan masyarakat lokal, menculik dan membunuh rakyat Papua, menangkap sewenang-wenang masyarakat sipil, merusak lingkungan hidup, juga merusak sendi-sendi ekonomi.
Forum itu juga mengirim pernyataan sikap melalui surat elektronik yang ditujukan kepada ketua penyelenggara Art Jog, Heri Pemad. Surat itu juga ditembuskan kepada Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Triawan Munaf dan Umar Priyono. Art Jog akan digelar di Jogja Nasional Museum, Yogyakarta, 27 Mei-27 Juni 2016.
SHINTA MAHARANI