TEMPO.CO, New York - Putri petinju legendaris Muhammad Ali, Laila Ali, mengatakan, saat ayahnya mengembuskan napas terakhir, ia dikelilingi oleh sembilan anaknya. Mereka mengiring ayahnya menuju tempat peristirahatan terakhir. “Kami semua berada di rumah sakit dan sempat bersamanya (Muhammad Ali) ketika ia meninggal,” ujar Laila, 38 tahun, dalam acara Good Morning America, Senin, 6 Juni 2016.
Muhammad Ali meninggal pada Jumat malam, 3 Juni 2016, dalam usia ke-74, di Scottsdale, Arizona. Laila mengatakan kakak-kakak perempuannya mengiringi kepergian ayah mereka dengan doa. “Kakak saya mengucapkan doa-doa Islami,” tutur Laila Ali. “Saat itu benar-benar waktu yang damai, ketika kami mengiringinya pergi dengan damai,” ucapnya.
Sebelum meninggal, Ali telah menjalani perawatan intensif akibat gangguan saluran pernapasan. Petinju itu sebelumnya juga telah puluhan tahun berperang melawan penyakit parkinson yang. Kini, Laila merasa lega ketika penderitaan ayahnya berakhir. "Jadi sekarang saya tenang karena ia tak lagi menderita. Itu yang membuat saya tenang,” kata Laila Ali.
Laila Ali, yang juga mengikuti jejak ayahnya menjadi petinju profesional, mengenang Muhammad Ali sebagai penarung hebat, baik di dalam maupun di luar ring. “Tak banyak laki-laki yang bisa dibandingkan dengan ayah saya. Ketika saya memikirkan ayah, saya teringat orang seperti Nelson Mandela,” tuturnya.
Laila Ali menjelaskan kepada dua anaknya yang masih kecil bahwa kakek mereka telah meninggal. “Saya harus kuat dan mengajarkan mereka menjalani hidup dan move on. Sebab, itu semua bagian dari hidup,” ujarnya.
Keluarga besar Ali akan mengenangnya dalam seremonial pribadi, yang akan digelar pada Selasa pagi, di tanah kelahirannya, Louisville, Kentucky. Masyarakat diperbolehkan memberikan penghormatan terakhir pada Jumat depan.
ABC | DESTRIANITA KUSUMASTUTI