Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Homo Habilis, Bienal Cetak Mini Hilangnya Keajaiban Tangan  

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Karya Edi Sunaryo dalam The 2nd Jogja International Miniprint Biennale, 24 Mei-10 Juni 2016. (TEMPO/Shinta Maharani)
Karya Edi Sunaryo dalam The 2nd Jogja International Miniprint Biennale, 24 Mei-10 Juni 2016. (TEMPO/Shinta Maharani)
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Seni grafis di Indonesia kurang mendapat tempat ketimbang seni lukis dan patung. Sebagian kolektor malas mengoleksi karya pegrafis karena ukurannya yang kecil dan bahan kertas yang dinilai gampang rusak. Syahrizal Pahlevi, Pegrafis yang juga dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta tahun ini kembali menghidupkan seni grafis yang kurang populer.

Tengoklah bienal cetak mini kedua atau The 2nd Jogja International Miniprint Biennale di Sangkring Art Project Yogyakarta, 24 Mei-10 Juni 2016. Temanya adalah Homo Habilis, yang mempertanyakan hilangnya craftmanship dan kekuatan atau keajaiban tangan dalam karya-karya kontemporer saat ini. “Kali ini jumlah pemenang lebih banyak ketimbang tahun lalu,” kata Syahrizal kepada Tempo, Sabtu, 28 Mei 2016.

Pameran itu menyajikan 110 karya dari 77 seniman asal 28 negara. Di antaranya Australia, Austria, USA, Argentina, Belgia, Swedia, Bazilia, Mexico, Jepang, dan Jerman dan Indonesia. Karya mereka dilombakan dan melibatkan tiga juri.
Mereka terdiri dari Agung Kurniawan, bersama Sujud Dartanto dan Andang Suprihadi. Ada 49 seniman internasional dan 28 seniman Indonesia yang menjadi finalis. Juri telah menetapkan lima pemenang. Mereka adalah Deborah Chapman dari Canada, Dimo Kolibarov dari Bulgaria, Paolo Ciampini dan Silvana Martignoni dari Italia, dan Weronika Siupka dari Polandia.

Karya Paolo Ciampini berjudul The Woman menggunakan citraan perempuan telanjang yang sedang duduk menyamping. Ia Paolo menggunakan warna sepia, warna coklat bercampur abu-abu. Visual karya itu tampak lawas. Ada pula karya Dimo Kolibarov dari Bulgaria yang menggambarkan bocah yang memeluk ikan berwarna oranye. Karya berjudul Cycle The Diary of A Child-The Golden Fish itu menyajikan banyak karakter benda-benda yang terbang di langit. Ada balon udara dan benda mirip pesawat.

Ketua juri The 2nd Jogja International Miniprint Biennale, Agung Kurniawan mengatakan karya terbaik dalam pameran yang dibuat pegrafis dari luar negeri menyiratkan kemunduran dalam seni grafis Yogyakarta maupun Indonesia.
Dia menilai karya yang terseleksi sebagai pemenang monokromatik. Sebagian dibuat dengan teknik yang setua seni grafis, yakni etsa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain itu, karyanya cenderung naratif, seolah menggambarkan potongan cerita. Misalnya pada karya Paolo Ciampini. Garis yang ia torehkan seperti menjadi raksasa karena mau tidak mau orang harus melihat karya itu dari dekat. “Seolah bisa mencium lembab kertasnya. Karya itu menunjukkan kepiawaian si empu garis bekerja,” kata Agung.

Kritikus Seni Rupa dari Institut Teknologi Bandung, Aminudin T.H Siregar. Mengatakan seni grafis kerap tidak mendapat tempat dalam hiruk pikuk seni kontemporer. Selain karyanya yang berukuran mini, karya seni grafis sering tidak bisa memprovokasi orang. “Seni grafis tidak populer dan sering tidak mendapat pasar dan kurang diapresiasi. Maka perlu Miniprint Biennale,” kata Aminudin.

Aminudin atau biasa dipanggil Ucok diundang untuk berbicara dalam Miniprint Biennale di Sangkring Art Project. Ia menyatakan dalam perkembangan sejarah seni Indonesia, seni lukis dan patung mendominasi. Seni grafis mulai muncul tahun 60-an. Di ITB misalnya, seni grafis baru mulai diajarkan pada tahun 1963. Kolektor di Indonesia kebanyakan lebih suka mengoleksi karya seni dengan ukuran gigantik. “Mitos dan persepsi bahwa seni grafis itu mudah rusak juga masih berlaku,” kata Ucok.

SHINTA MAHARANI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

27 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

34 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.