TEMPO.CO, Jakarta - Adrian Ishak dikenal sebagai satu-satunya juru masak di Indonesia yang piawai menggunakan teknik gastronomi molekuler. Dari tangannya, lahir aneka jenis hidangan yang membuat orang lain geleng-geleng kepala. Salah satunya menu paradoks es teh panas.
Menggabungkan rumus fisika dan kimia, pria yang lebih akrab disapa Chef Bodin ini mengaku teknik gastronomi molekuler terbilang rumit. Selain membutuhkan kreativitas dan kesabaran, teknik ini membutuhkan alat yang memadai, yang sering kali sukar dicari.
"Saya pernah pergi ke berbagai toko elektronik hanya untuk cari rice cooker tapi yang ada pengatur suhunya, tapi saya malah diketawain sama penjualnya," katanya ketika dijumpai di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Rabu, 25 Mei 2016.
Untuk menyiasatinya, Adrian sering memodifikasi alat-alat masak yang dia miliki. Bahkan pernah pula dia menggunakan mesin cuci dan penyedot debu untuk memasak. "Karena memang enggak menemukan alatnya, jadi alat-alat itu saya modifikasi," ucap pria lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ini.
Tapi itu cerita masa lalu. Sekarang pemilik restoran Namaaz Dining ini bisa bernapas lega. Pasalnya, saat ini sudah banyak peralatan masak canggih yang masuk Indonesia. "Sekarang sih sudah ada. Alatnya mudah digunakan dan praktis," tuturnya.
DINI TEJA