TEMPO.CO, Denpasar - Tak kurang dari 30 mahasiswa dari Komunitas Bergambar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali, memperingati Hari Bumi yang jatuh pada 22 April lalu dengan membuat pertunjukan seni lukis tubuh alias body painting.
Acara yang diikuti para mahasiswa semester dua Program Studi Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain itu berlangsung di depan Kalangan (gedung) Madia Mandala, Taman Budaya Bali - Art Centre, Denpasar, Jum'at, 29 April 2016 malam. Tema yang diusung adalah The Bird.
Ketua Komunitas Bergambar, Ni Putu Novia Farianti Dewi mengatakan seni body painting di Bali dari tahun ke tahun semakin menonjol, terutama dari segi tema. Ia menjelaskan tema "The Bird" dipilih untuk body painting karena burung merupakan salah satu bagian dari keindahan alam.
"Kalau populasi burung semakin sedikit, itu merupakan tanda bahwa kondisi lingkungan (habitat) juga semakin buruk," katanya di Taman Budaya Bali, Jumat malam, 29 April 2016.
Dalam acara ini, peserta dibagi-bagi menjadi 10 kelompok yang terdiri dari tiga orang. Masing-masing kelompok mendapat satu model perempuan yang tubuhnya siap dilukis sesuai tema yang mereka tentukan. "Ini pengalaman pertama tubuh saya dilukis," kata Ni Kadek Mila Budiarti, salah seorang model.
Lukisan di tubuh Mila menggambarkan suasana aktivitas burung di sore hari. Ornamen bunga sakura, matahari, dan burung-burung kecil menghiasi sekujur tubuh mahasiswi Jurusan Manajamen, Universitas Warmadewa itu. "Saya cukup grogi dilukis dihadapan banyak orang," tuturnya. "Tapi saya ketagihan untuk jadi model lagi."
Baca Juga:
Tubuh Mila dilukis oleh tiga mahasiswa Komunitas Bergambar, ISI Denpasar, yaitu Wayan Ponco Maryuda, Kadek Parnata, dan Si Ngurah Dharmayoga. Ponco menjelaskan dia bersama dua rekannya sepakat mengambil tema "Pemandangan Burung di Sore Hari" di tubuh Mila karena kombinasi warna suasana sore dinilai sangat estetis. "Saya ingin mencoba sesuatu yang baru dalam dunia seni lukis," katanya.
Mahasiswa yang suka dengan burung Jalak Bali itu menuturkan saat menuangkan ekspresinya ia tidak melukis jenis burung tertentu secara spesifik. "Kami sepakat menggambar burung-burung kecil (terlihat jauh) beterbangan supaya pesannya lebih meluas," tutur Ponco.
Adapun Dharmayoga menilai suasana sore memiliki nuansa ketenangan. "Keindahan burung-burung lebih nyaman dilihat ketika sore hari," ujarnya. "Ini pengalaman pertama yang berharga bagi saya untuk berkarya lebih baik lagi."
Pembantu Rektor I ISI Denpasar, I Nyoman Artayasa mengapresiasi penuh hasil karya para mahasiswanya. Menurut dia, bukan hal mudah melukis lewat media tubuh wanita. "Tubuh wanita memiliki karakter keindahan objektif yang bisa menghasilkan keindahan subjektif. Inilah tantangan bagi pelukis," katanya.
Ia menjelaskan pelajaran bagus dari acara tersebut adalah para mahasiswa dan mahasiswi yang notabene masih semester awal bisa mereguk pengalaman untuk berkarya lebih baik lagi. "Melukis di tubuh wanita perlu konsentrasi di setiap lekukan-lekukan tubuh. Pelukis (body painting) harus bisa memanfaatkan bagian cembung dan cekung tubuh model," katanya.
BRAM SETIAWAN