TEMPO.CO, Mataram-Jika selama ini penonton hanya menjadi penikmat pasif sebuah pertunjukan wayang, 200 orang yang berkumpul di Gedung Serba Guna, Gondang, Lombok Utara, Jumat malam, 29 April 2016, disuguhi pemandangan berbeda.
Tokoh-tokoh punakawan wayang Sasak seperti Amaq Baok, Amaq Ocong, Amaq Kesik dan Inaq Itet tidak hanya berdialog sesama mereka, namun mengajak penonton untuk terlibat langsung dalam diskusi.
Suasana baru pertunjukan wayang Sasak inilah yang tergambar dalam acara Kampanye Publik Peradilan Bersih yang digelar oleh Komisi Yudisial Nusa Tenggara Barat bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Mataram dan Sekolah Pedalangan Wayang Sasak.
Dalam lakon berjudul Beriuk Jagaq Peradilan Bersih yang dimainkan dalang muda Bayu Putra itu berkisah tetang kegelisahan rakyat terhadap dunia peradilan yang mereka nilai tak adil, terutama bagi rakyat kecil. Pencuri motor dan pencuri kambing dalam lakon itu divonis masing-masing 20 dan 25 tahun penjara.
Sedangkan seorang tokoh yang korupsi Rp 100 miliar dihukum penjara enam bulan saja. "Saya bingung dengan peradilan sekarang ini. Di mana letak keadilannya,’’ kata Amaq Kesik, tokoh punakawan yang minta namanya diubah menjadi Alex.
Perdebatan akan kebingungan yang tidak menemukan jawaban menginisiasi Amaq Baok mengundang tokoh-tokoh yang ada di tengah penonton untuk memberi penjelasan.
Menurut Kepala Subbagian Administasi Penghubung Komisi Yudisial Republik Indonesia Elza Faiz yang hadir di acara itu, posisi KY dalam kampanye itu ialah berupaya menciptakan peradilan bersih. Terciptanya peradilan bersih, ucap dia, termasuk salah satu hutang reformasi yang belum terbayar.
Untuk itulah, ujar dia, KY hadir bersama masyarakat untuk menciptakan peradilan bersih. Segala upaya harus dilakukan bersama untuk terwujudnya peradilan bersih, termasuk upaya kreatif melalui wayang. "Perlu kampanye peradilan bersih melalui medium budaya, pentas wayang Sasak ini salah satunya,’’ kata Faiz.
Ketua AJI Mataram, Fitri Rachmawati, diminta menyampaikan pandangan mengenai peranan pers dalam upaya mewujudkan peradilan bersih di Nusa Tenggara Barat. Adapun akademisi Universitas Mataram Hotibul Umam kebagian membahas tentang peradilan bersih dengan bahasa yang sangat sederhana. Pegiat Ideaksi, Abdul Latif Apriaman, hadir membacakan puisi “O Inaq Jao Amaq, Mbe Taok Keadilan”
Tokoh terakhir yang diundang tampil adalah Bupati Lombok Utara Najmul Akhyar. Dihadapan ratusan penonton yang masih bertahan malam itu Najmul melontarkan kegembiraannya menyaksikan pentas wayang Sasak interaktif. "Inilah pementasan wayang Sasak terbaik yang pernah saya tonton. Saya siap mendukung terwujudnya peradilan bersih,” ujar Najmul.
Wayang interaktif yang dimainkan Sekolah Pedalangan Wayang Sasak pimpinan Muhaimi itu juga bagian dari upaya pencarian alternatif pertunjukan wayang Sasak agar lebih diterima oleh publik ditengah era komunikasi global seperti sekarang ini.
SUPRIYANTHO KHAFID