TEMPO.CO, Bengkulu - Ketua MPR Zulkifli Hasan membantah lembaganya telah mengangkat penyanyi dangdut Zaskia Gotik menjadi duta Pancasila. “Saya tegaskan, MPR RI tidak pernah mengangkat Zaskia Gotik menjadi duta Pancasila. Justru ini lampu merah bagi kami," kata Zulkifli dalam acara sosialisasi empat pilar MPR yang diselenggarakan di Bengkulu, Selasa, 19 April 2016.
Menurut Zulkifli, guyonan Zaskia yang berbau menghina lambang negara itu menjadi pembelajaran bersama. Kejadian ini menunjukkan bahwa sosialisasi nilai kebangsaan, yang selama ini berjalan, tidak berhasil. "Bayangkan, lambang negara kita diolok-olok. Itu artinya sosialisasi yang kita lakukan selama ini tidak berhasil,” ujarnya.
Zaskia Gotik tersandung masalah hukum karena melecehkan simbol negara. Dalam sebuah program acara di stasiun televisi swasta, Zaskia menyebut lambang sila kelima Pancasila adalah bebek nungging. Dia juga mengatakan kemerdekaan Indonesia jatuh pada 32 Agustus. Gara-gara guyonan itu, Zaskia dilaporkan ke Kepolisian Daerah Metro Jaya.
Belakangan, Zaskia meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat. Dia menyatakan sama sekali tidak memiliki niat menghina lambang negara. Untuk menunjukkan penyesalannya, Zaskia datang ke gedung Dewan untuk meminta maaf secara langsung.
Di MPR, penyanyi dangdut itu bertemu dengan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa. Sekretaris Jenderal PKB Abdulkadir Karding mengajukan dara bernama asli Surkianih itu sebagai duta Pancasila. Alasannya, sebagai artis, Zaskia dapat dengan mudah mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila ke masyarakat. Sebab, mereka sering tampil di depan publik.
Ternyata, langkah F-PKB itu menuai kritik. Banyak kalangan yang beranggapan bahwa Zaskia tak pantas menyandang gelar tersebut lantaran telah mengolok-olok lambang negara. Menjawab kritikan itu, Abdulkadir menjelaskan, pengangkatan duta ini dilakukan sebagai hukuman bagi Zaskia. Namun hukuman yang diberikan bukan melalui hukum penjara atau dikucilkan, melainkan memintanya belajar keras menghapal dan memahami Pancasila.
PHESI ESTER JULIKAWATI
