TEMPO.CO, Jakarta - Komedian Pandji Pragiwaksono merasa hanya punya satu bakat yang dimilikinya sejak lahir, yaitu pandai berbicara. Baginya, setiap bakat harus dipertanggungjawabkan. Inilah salah satu alasan Pandji melakukan tur dunia stand up comedy bertajuk "Juru Bicara". Dia ingin mengangkat isu-isu hak asasi manusia supaya menjadi perhatian masyarakat, terutama kaum muda.
"Bakat saya cuma satu: pinter ngomong. Enggak ada yang lain. Dan bakat itu harus dipertanggungjawabkan. Karena itu saya pilih jadi 'Juru Bicara' dalam stand up comedy yang mengangkat isu-isu hak asasi manusia," kata Pandji dalam konferensi pers, Rabu, 23 Maret 2016, di Brown Bag Coffee, Menteng, Jakarta.
Perhatian Pandji soal isu-isu HAM bukan tanpa alasan. Menurut dia, banyak anak muda yang kurang sadar soal kasus-kasus HAM. Melalui Stand Up Comedy, dia berharap pesan soal HAM bisa sampai di kalangan anak muda. "Kesenian dan budaya ampuh untuk mengenalkan HAM di anak muda," kata Pandji.
Pandji akan melakukan tur Stand Up Comedy di 24 kota di delapan negara di lima benua. Kota-kota yang akan menjadi tujuan tur adalah Shanghai, Beijing, Hannover, Leipzig, Berlin, Frankfurt, Munchen, Medan, Pretoria, Yogyakarta, Tokyo, Melbourne, dan Sydney. Selain itu, Los Angeles, San Francisco, Chicago, Philadelphia, Washington DC, Boston, Liverpool, Balikpapan, Surabaya, Makassar, dan Jakarta. Tur akan berlangsung April-Desember 2016.
Beberapa isu yang akan diangkat, misalnya soal pembunuhan massal 1965, peristiwa Semanggi 1 dan 2, Mei 1998, perampasan lahan untuk sawit, permasalahan kaum minoritas, hingga soal lingkungan tentang ancaman kepunahan satwa langka. Dalam menyusun materi, Pandji mendapat masukan dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).
Koordinator KontraS Haris Azhar mengatakan apa yang dilakukan Pandji adalah pendekatan kreatif untuk memberi penjelasan pada masyarakat soal HAM. "Komedi bukan sesuatu yang bermusuhan dengan isu serius. Isu serius justru bisa disampaikan dengan komedi," kata Haris.
AMIRULLAH