TEMPO.CO, Bandung - Kongres Kesenian Indonesia ketiga pada 1-5 Desember 2015 ditetapkan di Bandung. Sempat ada pihak yang menolak dan mengusulkan lokasi di luar Pulau Jawa, yakni di Medan dan Balikpapan. Biaya transportasi 700 peserta undangan jadi ukuran.
Sekretaris Jenderal Kongres Kesenian Indonesia 2015, Koko Sondari, mengatakan pembahasan kelompok seniman sebelum kongres pada November 2014 merekomendasikan lokasi di luar Jakarta. Dua kongres sebelumnya pada 1995 dan 2005 berlangsung di Ibu Kota negara.
"Pusat dianggap menganiaya teman-teman di daerah. Takutnya nanti (kongres) cuma curhat (curahan hati) dan maki-maki, maka harus di daerah," ujarnya kepada Tempo di Bandung.
Di luar Jawa, seperti Sumatera atau Kalimantan, kata Koko, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai panitia pelaksana kongres keberatan. "Karena perjalanannya bakal banyak yang harus ganda," kata dia. Misalnya dari beberapa daerah harus terbang dulu ke Jakarta, baru ke kota di Sumatera atau Kalimantan.
Beda dengan Bandung yang punya beberapa penerbangan langsung. Kalau pun harus ke Jakarta dulu, kata Koko, disambung transportasi darat relatif dekat. Di Bandung, acara kongres sekaligus penginapan peserta dipusatkan di Hotel Panghegar.
Penetapan lokasi di Bandung memunculkan kritik dan kecaman hingga beberapa seniman menolak hadir dan menyerukan boikot. Alasannya pada salah satu keputusan forum Persiapan Kongres Kesenian Indonesia III di Bandung pada 10-12 Desember 2014, ada pernyataan kongres akan berlangsung di luar Pulau Jawa-Bali.
Anggota komite pengarah yang ikut dalam forum persiapan kongres tersebut, Gustaff Hariman Iskandar, mengakui adanya polemik tempat itu. Ia sendiri ikut mengusulkan Medan.
ANWAR SISWADI