TEMPO.CO, Jakarta - Setelah menghibahkan lukisan besar Yang Mulia 6 Presiden Republik Indonesia, pelukis Jeihan Sukmantoro, 77 tahun, berencana menghibahkan 170 lukisannya untuk dipajang di semua gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia di seluruh dunia.
“Saya ingin memberikan lukisan-lukisan saya. Hanya ini yang bisa saya berikan kepada negara yang telah memberi banyak hal,” ujar Jeihan kepada Tempo, sebelum pembukaan pameran “Perayaan 50 Tahun Mata Hitam Jeihan” di Ballroom Hotel Ritz Carlton, Ahad, 8 November 2015.
Tahun lalu, Jeihan menghibahkan lukisan tentang enam presiden berukuran 3 x 8 meter. Lukisan itu kini menjadi ikon di Balai Kirti, Istana Bogor, dengan nilai tidak kurang dari US$ 5 juta atau sekitar Rp 60 miliar. Adapun 170 lukisan yang akan dihibahkan ini merupakan lukisan baru dan lukisan lama.
Jeihan mengatakan tujuan menghibahkan ini semata-mata karena dorongan pribadinya untuk memberi, bukan mencari popularitas. "Semata-mata justru karena dorongan moralitas saya, bukan untuk mendompleng tenar. Saya sudah terkenal," katanya.
Mikke Susanto, kurator pameran, menjelaskan bahwa Jeihan akan menyerahkan lukisan itu kepada pihak Kementerian Luar Negeri. “Karya akan dihibahkan dengan catatan ada yang bisa menindaklanjuti. Masalahnya, dari pihak Kementerian tidak ada yang hadir meski sudah diundang. Pak Jeihan masih menunggu,” tuturnya.
Jeihan sedang menggelar pameran “Perayaan 50 Tahun Mata Hitam Jeihan” di Ballroom Hotel Ritz Carlton, Pacific Place, kawasan SCBD. Pameran hanya berlangsung singkat selama tiga hari, pada 8-10 November 2015. Sebelumnya, perupa ini menggelar pameran di studionya di Jalan Padasuka, Bandung, pada 26 September-3 Oktober 2015.
DIAN YULIASTUTI