TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Jerman bersama dengan Goethe-Institut Indonesien, Kedutaan Besar Jerman di Jakarta dan EKONID akan menggelar festival akbar Jerman-Indonesia, Jerman Fest.
Acara yang diselenggarakan di Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Denpasar, Makassar, Balikpapan, Medan dan Banda Aceh ini berlangsung tiga bulan, 5 September - 6 Desember 2015.
Jerman Fest melingkupi bidang yang luas, mulai dari musik, film, seni, teater, literatur, tari, olahraga, sains, pendidikan, hingga ekonomi." Acara ini bertujuan untuk mendorong pertukaran informasi antara Indonesia dan Jerman," ujar Heinrich Blomeke, Direktur Goethe-Institut Indonesien dalm konferensi pers di Goethe Jakarta pada 2 September 2015.
Festival resmi dibuka pada 5 September 2015 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki Jakarta dengan penayangan film bisu fiksi ilmiah Metropolis yang dibuat oleh Fritz Lang pada 1925-1926. Yang menarik, penayangannya akan diiringi oleh 60 musisi dari Deutsches Filmorchester Babelsberg, atau Orkes Film Jerman Babelsberg yang didatangkan dari Berlin.
Klaus-Peter Beyer, pendiri dan pimpinan orkestra ini dalam pernyataan tertulisnya menyebut Metropolis adalah film Eropa yang spektakuler. "Film ini sampai sekarang tergolong inovatif, misalnya pengambilan gambar atau teknik animasi yang ketika itu masih baru," ujarnya.
Sejumlah film Jerman juga akan ditampilkan dalam program ini. Termasuk 17 film bioskop dan film-film di luar arus utama yang disajikan dalam Arthouse Cinema.
Sejumlah kolaborasi antara seniman Indonesia dan Jerman turut ditampilkan.
Dari bidang musik misalnya, digelar program Ruang Suara-Ensemble yang menampilkan eksplorasi komponis Indonesia dan Ensemble Modern asal Frankfurt, terhadap instrumen dan keragaman notasi dari masing-masing tradisi.
Dalam program Market Share, Tobias Rehberger, seniman penerima Golden Lion pada Venice Biennale ke-53 akan berkolaborasi dengan Ade Darmawan, kurator dan pendiri Ruang Rupa. Mereka akan memilih sepuluh seniman muda asal Jerman dan Indonesia untuk merekonstruksi realitas yang mereka saksikan di dua pasar di Tebet, Jakarta. Uniknya, proses penciptaan karya yang memakan waktu berbulan lamanya ini juga turut menggandeng para pedagang pasar lokal.
Dua teater boneka beda negara, Papermoon Puppet Theatre dari Yogyakarta dan Retrofuturisten dari Berlin juga akan dipertemukan. Mereka mengadakan produksi bersama yang mengambil tema perbatasan.
RATNANING ASIH