Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cerita Panji di Aneka Negeri  

image-gnews
Pengunjung melintas dekat lukisan karya Eddy Susanto bertajuk,
Pengunjung melintas dekat lukisan karya Eddy Susanto bertajuk, "The Passage of Panji: Memory, Journey and Desire" pada Pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space, Bandung, Jawa Barat (3/5). TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Raden Ino alias Raden Makarawadja alias Panji sedang galau. Putra mahkota Kerajaan Kahuripan tersebut kehilangan kekasihnya, Putri Galuh, yang berasal dari Kerajaan Daha, hingga menjadi gila. Panji lalu menjelajah ke berbagai negeri. Dia menyusuri pantai dan gunung untuk mencari sang Putri.

Kisah pada lukisan berjudul Panji #1 itu mengawali cerita yang tersebar dalam 20 kanvas besar di pameran tunggal Eddy Susanto yang berjudul The Passage of Panji; Memory, Journey, and Desire di Lawangwangi Creative Space, Bandung. Pameran ini digelar dari 18 April hingga 18 Mei 2014.

Eddy dan timnya menggarap seluruh karya tentang Panji dengan gaya lukisan klasik Desa Kamasan, Bali. Pilihan ini terkait dengan popularitas kisah Panji yang masih tinggi di kalangan masyarakat Bali. Narasinya mengacu pada kidung Wangbang Wideya yang diperkirakan muncul pada 1610. Kisah Panji sendiri diyakini lahir di Jawa pada akhir abad ke-14 hingga awal abad ke-15 Masehi.

Seperti pada karya sebelumnya, rangkaian aksara masih dipilih sebagai garis-garis gambar. Kali ini Eddy memakai aksara Bali kuno. Lalu ketika lampu ultraviolet dinyalakan tiap satu jam sekali di ruang pameran, seluruh kanvas berubah tampilan. Panji dan ceritanya seperti lenyap, berganti ke berbagai kisah dari aneka negeri, seperti Layla dan Majnun dari Persia, Cleopatra dan Antony, Pocahontas, Romeo dan Juliet, serta Samson dan Delilah. Gambar-gambar tersebut muncul seperti menyala dengan warna hijau berkat polesan batuan fosfor di tiap kanvas.

Kisah-kisah itu didasarkan pada hasil riset seniman penciptanya, mirip dengan bagian cerita Raden Panji. Misalnya kisah percintaan dan pengalamannya di medan perang. Kurator Taufik Rahzen mengatakan kisah Panji tak terpisahkan dan ikut menjadi bagian penting dari epos-epos besar peradaban dunia seputar sepasang manusia yang saling jatuh cinta.

Tema itu berawal dari diskusi Eddy dengan Taufik soal cerita-cerita rakyat di Indonesia tiga-empat tahun silam. Mereka menganggap kisah Panji yang juga menyebar ke sejumlah kota dan negara Asia Tenggara seperti Palembang, Vietnam, dan Srilanka jarang dibicarakan. "Padahal ini murni kisah dari Melayu, bukan seperti Mahabharata atau Ramayana yang berasal dari India," kata Eddy kepada Tempo, Senin, 5 Mei 2014.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah melakukan riset, Eddy dan selusin anggota tim membangun ulang gambar Panji seperti wujud aslinya. Setelah lukisannya jadi, garapan berikutnya yaitu menggambari tiap kanvas dengan polesan fosfor. Warna hijau muda dipilihnya untuk menyesuaikan citra asli fosfor. Jadi totalnya ada 40 karya yang mereka buat dalam 20 kanvas.

Sebelum di Bandung, pameran sejenis pernah mereka gelar di acara World Culture Forum di Nusa Dua, Bali, pada 2012. "Karya dan temanya memang disiapkan awalnya untuk acara tersebut," kata Eddy. Maka dicarilah cerita-cerita rakyat dari sejumlah negara peserta forum itu. Ternyata tidak semua negara punya kisah Panji atau kisah yang sekadar mirip dengan cerita Panji.

Yang cukup fantastis dari pameran ini yaitu harga jual lukisannya. Tiap lukisan Eddy dibanderol dengan harga Rp 100 juta, atau total bernilai Rp 2 miliar. 

 


ANWAR SISWADI
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

27 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

33 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.