TEMPO.CO, Jakarta - Film panjang Indonesia karya Yosep Anggi Noen, Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya (Peculiar Vacation and Other Illnesses), akan bertarung melawan sejumlah film lain dalam Filmmakers of the Present (Concorso Cineasti del Persente), yaitu ajang kompetisi di Festival Film International Locarno ke-65 di Swiss. Daftar peserta kompetisi ini diumumkan pada Rabu, 11 Juli 2012 lalu.
Program Filmmakers of The Present adalah kompetisi internasional bergengsi yang didedikasikan untuk sutradara baru dari berbagai negara untuk karya film panjang pertama atau kedua mereka. Ajang ini adalah satu dari dua kompetisi utama di Locarno, selain program kompetisi internasional yang akan memperebutkan hadiah utama Golden Leopard.
Film Yosep akan berlaga dengan 14 film panjang lainnya, seperti Ape karya Joel Potrykus dari Amerika Serikat, Good Luck, Sweetheart karya Daniel Aragao dari Brazil, dan Inori karya Pedro Gonzalez-Rubio dari Jepang. Mereka akan memperebutkan penghargaan Pardo D'Oro Cineasti Del Presente sebagai film terbaik. Selain itu, film yang terpilih nanti juga akan mendapatkan CineCinema Special Jury Prize yang akan memastikan film tersebut diputar di CineCinema, kanal televisi khusus film di Prancis.
Yosep Anggi Noen tercatat sebagai sutradara Indonesia pertama dan film Indonesia pertama yang masuk kompetisi Filmmakers of the Present. Yosep adalah sutradara muda yang memulai kariernya dengan membuat sejumlah film pendek. Film pendeknya yang ketiga, Hujan Tak Jadi Datang, terpilih untuk masuk program Spectrum Short di Festival Film International Rotterdam. Vakansi adalah film panjang pertama Yosep yang digarapnya bersama Christy Mahanani, Joned Suryatmoko, dan Muhammad Abe Baasyin. Film ini diproduksi bersama oleh Limaenam Films dan Tembi Rumah Budaya.
Di Festival Film Locarno yang akan berlangsung pada 1 hingga 11 Agustus 2012 mendatang, kehadiran film Indonesia termasuk jarang. Film Indonesia pertama yang masuk program kompetisi utama, yang kala itu bernama Programme Principal, adalah Pulang karya Basuki Effendy pada 1955. Hampir setengah abad kemudian, tepatnya pada 2000, baru Indonesia datang lagi lewat Puisi Tak Terkuburkan karya Garin Nugroho yang meraih penghargaan khusus Video Silver Leopard, juara kedua film panjang dari Sony, yang kala itu menjadi sponsor festival.
Di tahun 2006, Festival Film Locarno pernah membuka pintu bagi Indonesia untuk berpartisipasi dalam program Open Doors yang bertujuan untuk membantu para sutradara dan produser independen dari wilayah yang terpilih untuk menyelesaikan proyek film mereka. Sutradara yang kala itu berpartisipasi adalah Riri Riza (untuk film Eliana, Eliana), Garin Nugroho (Surat untuk Bidadari), Ravi Bharwani (The Rainmaker), dan Nan T. Achnas (Pasir Berbisik).
ASMAYANI KUSRINI (BELGIA)