TEMPO.CO, Bandung - Perupa Tisna Sanjaya memenuhi pinggiran Lapangan Merah di kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung dengan sampah berupa plastik bekas pembungkus jajanan berwarna merah, kuning, dan cokelat. Aksi ini berlangsung dalam pameran bertajuk Report/Knowledge di Galeri Soemardja ITB yang berlangsung 17 Februari-2 Maret 2012.
Berjejer 11 batang bambu setinggi 10 meter di sekeliling ruang terbuka seukuran lapangan bulu tangkis itu. Pada tiap bambu terikat figur berkulit sampah plastik dan lukisan berukuran dua meter persegi. Semua lukisan berukuran 2 meter persegi itu dominan warna hitam. Masing-masing dikemas dengan lembaran plastik bening berulisan: DIJUAL, SOLD, dan OUT. “Seni tidak lagi menjadi hero di masyarakat, tapi menjadi komoditas,” katanya.
Agak ke tengah lapangan yang berceceran sampah plastik, selusin akuarium berisi belut melingkari tabung penjernih air serta tiang bambu menjulang. Tiang yang dibuat seperti rangka payung tepat di tengah lapangan itu digantungi jeriken putih dan selang air menjuntai. Tisna "mengotori" kampusnya dengan 150 kilogram sampah industri yang dipinjamnya dari pengumpul limbah di Cigondewah, Bandung.
Lewat karya bertema lingkungan hidup ini Tisna Sanjaya mengingatkan civitas academica ITB bahwa lingkungan hidup juga masalah warga kampus. “Terjadi pembiaran dengan intelektualitasnya karena dipikirnya masalah itu di luar kesenian dan urusan orang lain,” kata dosen seni rupa ITB ini. Dia menggambarkan ketidakpedulian itu lewat arya etsa menampilkan sosok seniman yang melangkah ke puncak gunung cita-citanya, tapi membiarkan masalah nyata di masyarakat.
Pameran Report/Knowledge, menurut Direktur Galeri Soemardja Aminudin TH Siregar, bertujuan memperlihatkan kegiatan, reputasi, temuan estetik, eksperimen media, dan pemikiran para staf pengajar di lingkungan FSRD ITB. “Pameran ini juga laporan pengetahuan seni kepada khalayak luas,” ujarnya. Selain Tisna, peserta lain yang tampil di antaranya Setiawan Sabana, Haryadi Suadi, Amrizal Salayan, Asmudjo Jono Irianto, Albert Yonathan, Deden Hendan Durahman, dan Budi A. Nugroho.
Setiawan Sabana menampilkan karya berjudul Legenda Kertas buatan 2011. Olahan kertasnya itu berbentuk tiga lingkaran bergaris tengah masing-masing sekitar 1 meter. Motif garis alami pada dua kertas yang berwarna terang membuat karya itu terlihat seperti wajah bulan ketika purnama dan bulan tengah gerhana total pada lingkaran kertas berwarna hitam legam. Sabana mencemaskan pemakaian kertas yang bakal berakhir di zaman Internet sekarang ini.
Adapun Asmudjo Jono Irianto yang mengangkat paradok dunia seni rupa kontemporer. Ia menampilkan lukisan potret dirinya di atas papan aluminium berukuran 110 x 240 sentimeter. Di sekitarnya, benda-benda tajam menusuk, mulai dari garpu, golok, hingga celurit. Judulnya Seniman Kontemporer Mengelak tanpa Bergerak.
ANWAR SISWADI