TEMPO.CO, Jakarta - Lolongan serigala terdengar panjang. "Aaauuuuuuuu," begitu suaranya. Bukan hanya satu ekor saja yang melolong, tetapi belasan, atau mungkin puluhan serigala bersuara, sahut-menyahut. Hanya suara serigala, tanpa wujud.
John Ottway (Liam Neeson), pemburu serigala, memandang sekeliling guna mencari lawannya. Tapi ia hanya melihat hamparan putih salju, bangkai pesawat, dan deretan pohon yang letaknya jauh. Tidak ada sosok serigala.
The Grey, film garapan Joe Carahan ini memaksa Ottway bersama enam temannya, Todd Flannery (Joe Anderson); Talget (Dermot Mulroney); Diaz (Frank Grillo); Hendrick (Dallas Roberts); Burke (Nonso Anozie); dan Hernandez (Ben Bray), bertahan hidup dalam kejaran serigala. Hampir selama 117 menit, Carahan berkali-kali berhasil membuat penonton menahan napas. Bahkan dia bisa mengarahkan Lewenden (James Badge Dale) untuk menampilkan orang yang tengah meregang nyawa.
"Live or die on this day (hidup atau mati di hari ini)," kata Ottway mengutip puisi ayahnya.
Tidak seperti kebanyakan film bergenre menegangkan atau thriller lainnya, Carahan tak mengarahkan para aktor berbuat bodoh, seperti mendatangi sumber bencana. Meski Diaz berperan sebagai orang yang rewel dan antipati terhadap Ottway, ketujuh orang itu tetap berusaha bertahan hidup. Bukan bersikap penasaran dan malah mencari masalah.
Untuk penyuka film sadis, seperti Saw, film ini memang satu tontonan yang patut disaksikan. Tapi bagi orang yang jantungan dan tak suka adegan berdarah, film ini bisa membuat mereka tidak betah duduk terlalu lama dalam teater. Minimal mereka akan menutup matanya di banyak adegan.
Seperti waktu kelompok serigala mengutus satu perwakilannya untuk menguji nyali Diaz. Kedatangan si hewan karnivora secara mendadak itu tak ayal membuat penonton kaget. Apalagi si serigala cukup lama nemplok di punggung Diaz. Kalaupun Diaz berhasil membunuh penyerangnya, itu hanya serigala omega.
"Jenis serigala paling lemah dalam kelompoknya. Si Alpha, ketuanya, masih mengintai," kata Ottway.
Memang menegangkan, tapi Carahan tetap memberi kesempatan penonton untuk bernapas. Sekelumit adegan sosok perempuan setidaknya bisa menenangkan mata penikmat film sehingga tidak terus-terusan melihat darah.
Bermodal uang sekitar US$ 25 juta (Rp 225 miliar), The Grey berhasil meraup keuntungan sebesar US$ 50 juta atau setara Rp 452,8 miliar. The Grey juga mendapat rating lumayan tinggi di situs review film IMdb.com sebesar 7,7 persen dan nilai 6,8 dari laman Rotten Tomatoes.
Memang tidak aneh kalau The Grey mendapat nilai cukup bagus. Toh, Joe Carahan bukan orang baru dalam dunia perfilman. Film The A-Team yang dirilis pada 2010 lalu juga hasil arahan Carahan. Sebelumnya, dia juga sempat mendapat tawaran bergabung dalam pembuatan Mission: Impossible III, namun akhirnya ia tinggalkan karena konflik internal dalam produksi.
Akting Neeson sebagai Ottway sendiri tidak bisa dibilang buruk. Bebekal pengalaman main dalam film aksi (action) seperti Excalibur, Star Wars Episode I: The Phantom Menace, Gangs of New York, Batman Begins, The Chronicles of Narnia: The Voyage of the Dawn Treader, dan The A-Team Neeson terlihat cocok memerankan karakter Ottway yang memimpin keenam temannya.
"Hidup atau mati di hari ini." Ottway berhadapan dengan si Alpha. Waktunya bagi para pejantan saling berhadapan untuk mengadu nyali.
Sutradara: Joe Carnahan
Skenario: Joe Carnahan, Ian Mackenzie Jeffers
Pemain: Liam Neeson, Frank Grillo, Dermot Mulroney, Dallas Roberts, Joe Anderson, Nonso Anozie, dan James Badge Dale.
CORNILA DESYANA