Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mahasiswa IKJ Dipaksa Berpameran di Warung Nasi  

image-gnews
Salah satu karya Mahasiswa IKJ yang dipamerkan di Nitiprayan Yogyakarta, Senin (23/1). TEMPO/Pribadi Wicaksono
Salah satu karya Mahasiswa IKJ yang dipamerkan di Nitiprayan Yogyakarta, Senin (23/1). TEMPO/Pribadi Wicaksono
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta- Ada-ada saja cara dunia seni mengajarkan seni. Sebanyak 120 mahasiswa semester pertama jurusan film Institut Kesenian Jakarta (IKJ)  "dipaksa" pameran di depan warung nasi kucing di perkampungan seni Nitiprayan, Yogyakarta. 

Sebelumnya, selama tiga hari, 21-23 Januari 2012, mereka diajak membaur langsung dalam keseharian kampung, mengalami realitas sebenarnya, bukan sekedar mengamati, meraba dan berangan-angan. Di akhir kegiatan mereka diminta mengaktualisasikan apa yang dilihat dan dialaminya dalam bentuk pameran karya. Pameran  diadakan di sebuah warung nasi kucing “Wongso”, yang sehari-hari menjadi tongkrongan warga kampung Nitiprayan.

“Dunia seni, termasuk film adalah dunia rasional yang diperoleh dari mengolah realitas sekitarnya. Jadi merasakan realitas merupakan hal pokok, bukan mengamati dan menjadi penonton,” kata Armantono, Wakil Dekan Jurusan Seni Film IKJ yang mendampingi mahasiswa selama di Yogyakarta.  Armantono menjelaskan setelah enam kali melakukan program serupa di berbagai daerah, inilah untuk  pertama kali mahasiswanya  melakukan proses kreatif. Sebelumnya, mereka hanya berperan  sebagai penonton.

Dalam pameran itu para mahasiswa  dibagi menjadi 12 kelompok. Mereka  mengungkapkan semua yang dialaminya usai  tinggal bersama masyarakat melalui  karya seni. Salah satu karya  yang dipamerkan adalah sebuah mesin jahit kuno yang dikelilingi bingkai-bingaki foto keluarga yang tak kalah lawasnya.

Di atas mesin itu benang-benang aneka warna tampak kusut saling berkaitan, namun terlihat cerah penampilannya. Mesin jahit milik seorang penduduk bernama Untung yang selama puluhan tahun berprofesi sebagai penjahit untuk hidupnya itu diberi judul Jarum Kehidupan. 

Suharbimar yang kelompoknya memamerkan mesin jahit tersebut menuturkan dari karya itu mereka ingin mengungkapkan  bahwa kehidupan masyarakat kelas bawah, seperti penjahit kampung yang ‘diriset’nya itu, tak mesti hidup suram  dan tertindas seperti yang selama ini diceritakan film dan sinetron Indonesia.

“Kami menemui realitas berbeda di sini. Masyarakat kecil pun bisa bahagia dengan kehidupannya, dengan kesibukannya meski uang kadang memang kurang,” kata dia. Bahkan, si penjahit itu, dengan keterbatasan ekonomi, masih tetap eksis di panggung kesenian tradisi kampung lewat kelompok Gejog Lesung-nya. “Bahkan sempat tampil beberapa kali di TVRI,” kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Realitas baru soal kehidupan masyarakat bawah juga ditemui ketika mahasiswa mengenal seorang tukang becak setempat bernama Darwadi. Becak Darwadi sementara disewa oleh mahasiswa untuk dipamerkan di atas kolam yang berada di warung nasi kucing itu. Dalam becak itu, potret diri Darwadi tengah tertawa dipasang berikut profilnya.Darwadi diceritakan sangat mensyukuri keberuntungannya masih bisa menjalani dan menikmati hidup meski buta huruf.

Selama di Yogyakarta itu, para mahasiswa IKJ juga mengarungi sungai Bedog menggunakan rakit dan menikmati keindahan alam kampung yang masih terjaga. Seniman kawakan Djoko Pekik pun sempat berbagi pengalaman dengan mahasiswa soal kisah hidupnya, bagaimana ia memilih melawan kekuasaan dengan karya, bukan turun ke jalan. 

Seniman Yogyakarta yang turut terlibat dalam proses tersebut, Ong Hari Wahyu, menjelaskan  program ini bertujuan untuk  membedah pola pikir mahasiswa film . Salah satunya gar stigmatisasi yang dicokokkan  industri film tanah air tidak terlanjur meracuni  para mahasiswa ketika  nantinya mereka membuat karya.

“Selama ini penggambaran realitas dalam karya film di tanah air cenderung tak berpijak, asal comot dari realitas yang tak didalami, dan akhirnya membodohi,” kata dia. Disebutkan misalnya ketika orang Jawa yang selalu digambarkan dengan busana Jawa dan bahasa yang medok. “Zaman sudah berubah, realitas dan pola pikir pun pun berubah,” kata Ong. 

PRIBADI WICAKSONO

 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

5 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

12 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.