TEMPO Interaktif, Yogyakarta- Puluhan seniman yang tergabung dalam Metropolightberry Yogyakarta, selama 6-26 November 2001, akan menggelar workshop seni bagi kaum penyandang cacat (difable) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Bantul Yogyakarta. Direktur program Metropollightberry, Theresia Agustina Sitompul, menuturkan bahwa tujuan program ini untuk "menggugat" wacana kepedulian tentang kaum difable yang selama ini kondisinya masih memprihatinkan.
"Kegiatan ini berangkat dari kekecewaan kami ketika berulang kali melihat para elite, jika bicara soal difable, hanya berputar soal wacana penyadaran, tapi geraknya nol, tidak ada langkah nyata yang tampak," kata Theresia pada Jumat, 4 November 2011.
Perlakuan dan penanganan pada difable di negara ini masih sering terkendala pada birokrasi yang diskriminatif. Dengan mengusung tema "Difable juga Manusia", bengkel kerja yang dilakukan selama dua puluh hari ini akan berkonsentrasi pada beberapa materi pelatihan yang diberikan para seniman yang biasa berkecimpung di bidangnya.
Kegiatan yang dilakukan itu adalah bengkel kerja seni lukis dan grafis (8-9 November), seni daur ulang (12-15 November), fotografi video dan kriya-keramik (18-19 November), seni tari dan teater (18-26 November). Semua kegiatan di pusatkan di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta.
Menurut Theresia, acara ini merupakan program pendukung Bienalle Jogja XI 2011. Setelah bengkel kerja selesai, akan dilakukan pameran karya di Alun-alun Kidul, 11-17 Desember 2011. Para seniman juga akan menggelar diskusi bersama tentang seni arsitektur di Alun-alun Kidul pada 14 Desember. Acara ini sebagai rangkaian dalam perayaan hari difable internasional yang jatuh 3 Desember mendatang.
PRIBADI WICAKSONO