TEMPO Interaktif, Bandung -Puluhan mahasiswa dan dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung serta seniman lainnya menggelar karya seni grafis. Pameran bertajuk Reframing Printmaking itu bertujuan mengenalkan kembali dan menjelajahi wacana baru seni grafis di Indonesia saat ini.
Tak kurang dari 70 karya dipamerkan di Galeri Lawangwangi, Bandung, mulai 15 September hingga 6 Oktober 2011. Selain dosen dan mahasiswa Seni Grafis ITB, pameran ini juga melibatkan sejumlah seniman, diantaranya Andre Tanama, AT Sitompul, Ay Tjoe Christine, hingga seniman senior seperti Setiawan Sabana, dan Tisna Sanjaya. Acara puncak Festival Grafis Berseni 2011 itu juga memajang 18 karya sablon Ahmad Sadali, Muhtar Apin, A.D. Pirous, Sunaryo, Sam Bimbo, dan lain-lain buatan 1971.
Karya peserta memakai beragam teknik, dari cetak tradisional hingga kontemporer seperti cetak digital. Adapun medianya berbentuk dua juga tiga dimensi. "Rentangnya sangat luas, dan seni grafis Indonesia belum selesai," kata ketua panitia acara Indina Asri, di sela pembukaan pameran.
Sejumlah karya sempat diperdebatkan, seperti sketsa Edisi 9 Pohon karya Tisna Sanjaya, dan Don't Forget Us buatan Jodi Setiawan. Karya Jodi berupa 30 boneka bola berkaki dengan raut wajah cetakan yang berbeda-beda. "Biar jadi wacana baru," ujarnya.
Menurut Dewan Kurator yang antara lain terdiri dari Aminudin TH Siregar dan Deden Hendan Durahman, setiap teknik dalam seni grafis memiliki keunikan dan karakter berbeda. Pemilihan teknik cetak tidak hanya untuk fungsi seni grafis, tapi juga hasil pertimbangan artistik dan filosofis. Penggandaan karya tidak lagi penting bagi para seniman grafis.
ANWAR SISWADI