TEMPO Interaktif, Denpasar - Seorang seniman asal Afrika Selatan, David Tsepo Maponyane, 31 tahun, menggelar pameran instalasi dan lukisan di Paros Art Gallery, Gianyar. Uniknya, dia mengangkat kesemrawutan pengelolaan sampah di Bali sebagai inspirasi dari karya-karyanya.
Dalam pameran bertajuk "Dawn of The New Era" yang dibuka pada Rabu, 20 Juli 2011 malam, Maponyane memajang delapan instalasi dan delapan lukisan. “Saya buat sebagai kenang-kenangan selama saya hidup di Bali,” ujarnya yang selama 1 tahun terakhir tinggal di Denpasar sebagai mahasiswa tamu Institut Seni Indonesia (ISI) Bali.
Pada awalnya, dia mengaku sangat terkesan dengan keindahan Bali sebagai surga wisata dunia. Pemandangan alam dan aneka kebudayaan membuatnya sangat takjub. Tapi, kemudian ia merasa kecewa karena di setiap sudut banyak sekali ditemukan sampah yang merusak pemandangan. Dia khawatir masalah itu akan merusak kenangan akan Bali.
Adapun untuk instalasi, dia memanfaatkan aneka tong sampah untuk dikreasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari tong sampah yang rusak karena tak terurus dan dipelihara hingga tong sampah yang dikreasi menjadi hiasan rumah yang menarik. Dengan cara itu, dia ingin mengimbau agar benda itu selalu dikenang dan dimanfaatkan sebagai tempat membuang sampah.
Problem lain yang disoroti adalah penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari tanpa memikirkan teknis pembuangannya. Padahal, benda itu sangat berbahaya bagi tanah dan sulit dihancurkan hingga bertahun-tahun lamanya. “Kami berharap warga Bali memahami bahaya ini,” ujarnya yang mengaku sangat mencintai Bali.
Pameran yang dibuka Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Prof. Wayan Rai S., itu berlangsung hingga 25 Juli mendatang. Menurut pemilik Paros Gallery, Made Kaek, pihaknya sangat terkesan dengan karya-karya itu karena berani mengkritisi sisi buram pariwisata Bali. Sebagian besar seniman asing yang tinggal di Bali, menurutnya, cenderung melihat Bali sebagai lanskap keindahan yang sempurna. Namun, kemudian melupakan berbagai problema yang dihadapi Bali.
ROFIQI HASAN