Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Puisi Harus Memberontak

image-gnews
Adonis menyampaikan ceramah
Adonis menyampaikan ceramah "Kebenaran Puisi dan Kebenaran Agama" di Salihara.Foto : TEMPO/arnold simanjuntak
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta: Kebenaran puisi dengan kebenaran agama tak akan pernah bertemu. Wahyu Islam adalah jawaban. Sedangkan puisi, yang ilhamnya hadir bagaikan dibisikkan jin, adalah pertanyaan-pertanyaan. Puisi adalah pintu kejelekan. Kata-kata itu meluncur dari penyair Suriah, Adonis, di Komunitas Salihara, Jakarta, Senin malam lalu.

Di salah satu ruang di komunitas itu, di bawah sorot lampu, dalam balutan jas kelabu, penyair bernama asli Ali Ahmad Said Asbar itu menyampaikan ceramah bertajuk "Kebenaran Puisi dan Kebenaran Agama". Audiens tekun mendengar.

Ceramah tertulis itu melirik ke masa sebelum wahyu agama (Islam) turun, saat puisi tak sekadar seni bahasa. Puisi adalah pengetahuan supranatural yang bersumber dari alam gaib yang tak diketahui. Maka sering dikatakan puisi "diturunkan" kepada penyair.

Wahyu agama kemudian membatalkan "wahyu" puisi, dengan bahasa puisi sendiri, yakni bahasa Arab. Puisi pun tersingkir oleh wahyu agama dengan risalah Ilahi terakhir bagi manusia. Rasul-Nya adalah penutup para nabi.

Lalu bagaimana kebenaran dalam puisi bisa dihidupkan? Menurut Adonis, puisi harus memberontak. Puisi bisa hidup dalam kondisi yang terpisah dari wahyu agama. Sekularisme yang menumbuhkan pembaruan, sementara pembaruan tidak didorong oleh karakter asli agama--wahyu yang final.

Padahal akal manusia selalu menginginkan pembaruan melalui pertanyaan, keraguan, penciptaan, penolakan, terobosan, dan kebebasan. Maka, "Akal tidak akan mampu melakukan pembaruan kecuali terbebas dari perintah dan larangan agama," kata Adonis.

Menjawab pertanyaan hadirin, Adonis mengatakan tak pernah menyesal dilahirkan sebagai muslim. Dia mencintai Islam, maka ia mengkritik pemahaman terhadap Islam. Dia menegaskan, dirinya tak setitik pun ragu terhadap otentisitas teks wahyu Al-Quran.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, seagung apa pun teks itu, akan menjadi kecil ketika melalui akal yang sempit. "Persoalannya, nalar muslim tak standar seperti teksnya (yang Agung)."

Adonis lahir di Al-Qassabin, Suriah, pada 1930. Sejak usia muda ia bertani. Ayahnya mengajar mengingat sejumlah puisi. Dia lalu mulai mengarang puisinya sendiri. Pada 1947, dia membaca puisi di hadapan Presiden Suriah Syukri al-Kuwatli. Ini mengantarnya meraih sejumlah beasiswa, yang berujung pada gelar sarjana filsafat pada 1954.

Ia sempat mencicipi penjara setahun karena terlibat dalam gerakan politik. Setelah bebas pada 1956, dia pindah ke Beirut, Libanon. Pada 1960-1961, dia mendapat beasiswa ke Paris. Setelah mengajar di Universitas Libanon dan Universitas Damaskus, Adonis hijrah ke Paris pada 1980, mengajar di Universitas Sorbonne. Saat itu Libanon terjerumus dalam kancah perang sipil.

Sudah lebih dari 30 puisi dan prosa ia lahirkan. Buku-buku itu diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Beberapa kali namanya disebut sebagai calon kuat penerima Hadiah Nobel Sastra, yakni pada 2005, 2006, dan 2007.

Dalam waktu dekat, salah satu kumpulan puisi Adonis akan terbit dalam bahasa Indonesia: Nyanyian Mihyar dari Damaskus. Buku terbitan Durakindo Publishing ini diterjemahkan Ahmad Mulyadi dari edisi dwibahasa Jerman-Arab. Versi aslinya terbit pada 1961. Budayawan Goenawan Mohamad menulis kata pengantarnya di edisi terjemahan itu.

Ibnu Rusydi

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

52 hari lalu

Gapura Joyland Festival Bali 2024 di Peninsula Island, Nusa Dua Bali pada Jumat, 1 Maret 2024. TEMPO/Intan Setiawanty,
Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

Berikut keseruan Joyland Festival Bali 2024 yang insklusif dan ramah keluarga dengan menghadirkan stan White Peacock hingga pilihan panggung musik.


Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

15 Januari 2024

Aktor Butet Kertaredjasa melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

Seniman Butet Kartaredjasa mempertanyakan alasan kenaikan harga gedung pertunjukan di DKI Jakarta


Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

5 Desember 2023

Pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo - Mahfud MD, dan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka
Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

Lima tema debat capres-cawapres telah disampaikan KPU, tak ada tema soal kesenian dan kebudayaan. Begini respons budayawan dan pekerja seni.


Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

5 Desember 2023

Akmal Nasery Basral. ANTARA
Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

Sastrawan Akmal Naseri Basral memberikan catatan tak adanya tema kebudayaan dankesenian dalam debat capres-cawapres pada Pilpres 2024.


Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

22 Agustus 2023

Ilustrasi Polisi Indonesia. Getty Images
Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

Panitia menyebut Gubernur Sulawesi menyekal bissu sehingga penampilan seni monolog "Rindu Bissu" pun dilarang.


Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

4 Juli 2023

Domba peserta kontes Domba Catwalk di Situ Bagendit, Garut, Jawa Barat, 21 Februari 2015. Acara tersebut untuk mempromosikan Domba Garut sekaligus kawasan wisata Situ Bagendit. TEMPO/Prima Mulia
Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

Domba Garut yang memiliki ciri khas pada fisiknya sering diikut sertakan dalam kontes atau diadu. Inilah asal usulnya.


WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

24 Februari 2023

Pertunjukan seni teater
WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

Royal Conservatoire of Scotland dan WM Mann Foundation menawarkan beasiswa pascasarjana khusus mahasiswa Indonesia di bidang seni pertunjukan.


Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

20 Januari 2023

Karya gambar berjudul
Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

Dede Wahyudin, memajang 67 gambar ukuran kecil dan empat berukuran besar yang dominan berwarna hitam putih dalam pameran tunggal itu.


Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

17 November 2022

Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

Kesenian Islam di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar


Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

27 Oktober 2022

Pemain teater Syahid berperan dalam teater bertajuk
Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

Masyarakat Kesenian Jakarta (MKJ) menilai musyawarah yang akan dilakukan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tidak sesuai dengan Pergub DKI