TEMPO Interaktif, Jakarta: Jarum jam menunjukkan pukul 19.30 WIB. Busana warna jingga menyala bermotif batik dipadu sarung warna kuning emas yang dikenakan sembilan penari dari sanggar Seni Riau itu, menebar semarak ke seluruh ruangan. Hentakan gendang bertalu-talu beserta gesekan biola bernada riang dipadu dengan berbagai alat musik Melayu.
Mereka membawakan Tari Pesta Nelayan Pesisir di aula sebuah hotel di Pekanbaru, Riau, Selasa malam itu. Tari itu menyemarakkan "Malam Anugerah Sagang 2008". "Acara ini bentuk nyata penghargaan dan apresiasi kepada yang mulia para budayawan, seniman, dan pekerja budaya dan seni di Riau," kata penggagas dan pendiri Yayasan Sagang, Rida K. Liamsi.
Anugerah Sagang malam itu diberikan untuk tujuh kategori. Kategori seniman/budayawan diraih Fakhrunnas M.A. Jabar. Ia dinilai produktif dan konsisten dalam berkarya, baik cerpen, buku-buku sastra Melayu, puisi, maupun novel.
Untuk kategori buku pilihan disabet penulis G.P. Ade Darmawi dengan bukunya Siak Sri Indrapura Dar Al salam Al Qiyam (2008). Untuk nonbuku/alternatif diraih oleh Emmy Kadir. Ia dinilai luar biasa dalam mengekspresikan kondisi Riau lewat lukisan Topeng Mak Yong
Kategori institusi budaya diberikan kepada Radio Soreram Indah 91,5 FM. Radio ini sejak 1990 dinilai konsisten dengan fitur-fitur acara budaya Melayu, acara dialog Melayu, hingga keseharian masyarakat Melayu.
Kategori lain, yakni Anugerah Serantau, jatuh pada Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu Yogyakarta. Penghargaan lain jatuh pada sebuah karya penelitian tentang kerajinan daerah Riau, yang kemudian dibukukan dalam Khazanah Kerajinan Melayu Riau (2008) oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah Riau.
Kategori terakhir, yakni Anugerah Karya jurnalistik, jatuh pada liputan khusus yang berjudul Pacu Jalur Telukkuantan: Menjual Ayam Mengeram yang ditulis Purnimasari, wartawan Riau Pos. Tulisan itu dimuat bersambung di koran itu.
Jupernalis Samosir